Senin, 17 Oktober 2011

PEMIKIRAN HASAN AL-BANNA TENTANG URGENSI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM MEMBANGUN MORAL BANGSA


BAB I 
 PENDAHULUAN

A. Penegasan Istilah

          Untuk mempermudah pemahaman dan penelitian serta menghindari kesalahpahaman terhadap judul skripsi ini, maka terlebih dahulu penyusun akan mengemukakan batasan dari istilah-istilah serta maksud yang terkandung dalam judul. Adapun istilah-istilah yang menurut penyusun perlu penjelasan adalah sebagai berikut :
  1. Mendidik
Mendidik adalah serangkaian usaha nyata orang tua dalam menyelamatkan fitrah Islamiyah anak, mengembangkan potensi pikir anak, potensi rasa, karsa, kerja dan mengembangkan potensi sehat anak.[1]
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia mendidik yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai ahlak dan kecerdasan pikiran.[2] Yang dimaksud dalam judul ini adalah mendidik yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya.
  1. Anak Supernormal
Anak adalah seorang yang berada pada suatu masa dan perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk menjadi dewasa.[3] Agar pembahasan tidak terlalu luas maka anak disini berusia 6-12 tahun, yaitu pada masa usia sekolah.
Sedangkan supernormal yaitu super artinya lebih dari atau atas, normal artinya biasa. Jadi supernormal yaitu suatu tingkatan di atas normal.[4] Sedang maksud anak supernormal dalam skripsi ini yaitu anak yang mempunyai kecerdasan di atas anak-anak normal. Adapun tingkatan anak supernormal yaitu :
a.          Anak Superior mewakili golongan yang memiliki IQ 110-125
b.         Anak Gifted mewakili golongan yang memiliki  IQ 125-140
 c.     Anak Genius mewakili golongan yang memiliki IQ 140-200.[5]
  1. Perspektif
Perspektif artinya sudut pandang, pandangan.[6] Dalam skripsi ini istilah perspektif diberi pengertian bagaimana bila dilihat dari segi pendidikan Islam.
  1. Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah mempersiapkan dan menumbuhkan beberapa aspek ( badan, akal, rohani ) pada anak didik atau individu manusia yang prosesnya berlangsung secara terus menerus sejak ia lahir sampai ia meninggal dunia dan di arahkan agar ia menjadi manusia yang berdaya guna dan berhasil guna untuk dirinya dan orang lain.[7] Dalam skripsi ini pendidikan Islam merupakan pendidikan yang sesuai dengan ajaran Islam yang meliputi dasar dan tujuan pendidikan Islam.
Jadi penegasan istilah sesuai dengan judul di atas yang dimaksud dengan Mendidik Anak Supernormal dalam Perspektif Pendidikan Islam adalah upaya orang tua dalam mendidik anak yang mempunyai kecerdasan di atas normal agar berguna bagi dirinya dan masyarakat sehingga dapat mencapai masa depan yang cerah dengan sudut pandang Islam yang bertujuan untuk mempersiapkan anak didik baik dari segi jasmani, rohani, akal agar menjadi manusia mandiri yang berkualitas dan berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara serta agama.

B. Latar belakang masalah

          Di era globalisasi sekarang, dunia semakin sempit. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat yang menimbulkan berbagai dampak dalam seluruh bidang kehidupan manusia. Baik dampak yang bernilai positif maupun negatif. Dalam hal ini pendidikan mempunyai peranan dalam membangun bangsa ke depan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan hidup yang merata.
          Dalam menghadapi kemajuan tersebut secepatnya bangsa Indonesia harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan tidak perlu menunda-nunda lagi. Karena dengan SDM yang berkualitas bangsa Indonesia akan mampu mengikuti kemajuan tersebut. SDM yang berkualitas adalah berkembangnya manusia secara menyeluruh. Manusia yang berkualitas adalah manusia yang berkembang optimal baik secara fisik, kognitif, emosi, sosial maupun spiritual.
          Secara tidak sadar bangsa Indonesia memiliki bibit-bibit unggul yang dapat dijadikan SDM  berkualitas. Bibit unggul tersebut yaitu anak yang memiliki kecerdasan lebih tinggi atau bisa disebut dengan anak supernormal.
          Anak supernormal memiliki keunggulan-keunggulan berbeda dengan anak normal. Dari segi fisik sedikit lebih unggul baik tinggi, bobot dan kesehatan. Lebih mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama, mampu mencipta, mampu memahami mulai dari masalah material sampai masalah abstrak. Karena kelebihan dalam hal kecerdasan, maka cenderung bergaul dengan anak-anak yang lebih tua yang lebih banyak memiliki kemahiran fisik dan pengalaman.[8]
          Keunggulan-keunggulan yang dimiliki anak supernormal penting untuk dikembangkan dan dibimbing. Karena anak yang memiliki kecerdasan lebih laksana tanaman yang membutuhkan seseorang yang dapat membimbing dan membantunya agar berkembang secara alamiah, menghilangkan berbagai kendala yang ada dihadapannya, serta merintis jalan baginya. Merekapun membutuhkan seseorang yang dapat memahami serta menghargai kelebihannya.
          Apabila anak supernormal tidak disediakan pelayanan pendidikan, tidak dibimbing dan tidak dididik sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya yang khas, sehingga potensi-potensinya kurang dapat diwujudkan maka disamping dapat kehilangan bibit-bibit unggul bagi perkembangan negara dan bangsa Indonesia, anak-anak tersebut dirugikan bahkan dapat menjadi anak bermasalah, dan bisa jadi putus sekolah.[9] Jelas bahwa anak supernormal membutuhkan didikan dan bimbingan secara khusus dan serius.
          Upaya membimbing dan mendidik anak supernormal supaya menjadi SDM yang berkualitas dan memiliki masa depan yang cerah akan berhasil apabila didukung oleh orang tua dan masyarakat. Orang tua mempunyai peran yang sangat penting, karena orang tualah yang menemukan beberapa karakteristik anak pada usia yang sangat dini, yaitu saat dia membangdingkan dengan anak lain pada usia yang sama, kadang seorang ibu mengetahui bakat putrinya melalui aneka pertanyaan cerdas yang diajukannya. Disamping orang tua, lingkungan masyarakat juga mempunyai peran yang sangat besar. Karena di lingkungan masyarakatlah mereka berkembang yang dapat mempengaruhi baik buruknya anak.
          Namun kebanyakan orang tua berkeyakinan bahwa anak yang mempunyai kecerdasan tinggi tidak mengalami kekhawatiran, sebab mereka mampu mengatasi masalahnya sendiri, orang tua memandang bahwa anak mereka memiliki segalanya. Padahal anak supernormal tidak memiliki kemampuan untuk mencapai jalan yang benar tanpa bantuan orang lain, sebab mereka memerlukan bantuan dalam berkreasi dan menampilkan potensinya. Mereka tidak hanya memerlukan motivasi, tetapi lebih banyak memerlukan pengertian dan partisipasi serta dukungan. Masyarakatpun tidak terlalu memperhatikan anak-anak cerdas, tidak memberi sugesti, dan tidak membangkitkan kemampuan-kemampuan internal untuk mencipta dan berkreasi. Masyarakat memberlakukan mereka sama seperti yang lain, tidak ada yang beda maupun yang istimewa. Disinilah anak-anak tersebut menemukan lingkungan yang seolah-olah tidak menghargai sebagaimana mestinya dan tidak mengenal kelebihan-kelebihan mereka. Akibatnya membuat mereka lemah atau guncang dan bisa membunuh faktor-faktor kreatifitas dan menghilangkan tanda-tanda kecerdasan. Tak obahnya seperti bibit unggul yang istimewa tumbuh di tanah yang gersang, tidak dipupuk dan tidak disirami dibiarkan hidup sehidup-hidupnya.
          Bahkan yang lebih parah lagi orang tua kurang mengetahui tentang keadaan anaknya yang tergolong supernormal sehingga kalau anaknya berbuat hal-hal yang tidak masuk akal, orang tua tidak dapat mengerti. Bisa jadi orang tua hanya akan marah-marah, menghukum dan selalu menyalahkan. Oleh karena itu perlu bagi orang tua untuk memahami dan mengetahui  tanda-tanda kecerdasan dan ciri-ciri anak supernormal.
          Mendidik anak merupakan tanggung jawab yang berat. Nabi SAW telah menyebutkan dengan tepat tanggung jawab itu yaitu sebagai seorang pemimpin, sebagai seorang pemimpin harus berhati-hati tehadap yang dipimpinnya. Orang tua harus terus menerus mengawasi dan memperhatikan sehingga yakin bahwa anak-anak mereka tidak tersesat dan jatuh.
Seseorang tidak bisa dibiarkan tumbuh dan berkembang begitu saja tanpa ada yang merawat dan membimbing, karena anak bisa tumbuh liar tak terkendali. Pendidikan merupakan tanggung jawab dan kewajiban orang tua karena anak sebagai amanah Allah SWT. Oleh karena itu orang tua tidak boleh menelantarkan kebutuhan-kebutuhan anak yakni kasih sayang, perlindungan, pendidikan dan sebagainya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadistnya :

  اَكْرِمُوا اَوْلاَ دَكُمْ وَاَحْسِنُوا أَدَبَهُمْ فَاِنَّ اَوْلاَدَكُمْ هَدِيَّةٌ اِلَيْكُمْ (رواه ابن ماجة)        

 “Hormatilah anak-anakmu sekalian dan perhatikanlah pendidikan mereka, karena anak-anakmu sekalian adalah karunia Allah kepadamu.”[10]
          Hadist di atas mengandung suatu perintah pada orang tua untuk memperhatikan pendidikan dan mengarahkan anak-anak kepada terbentuknya ahlak mulia sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam.
          Agar terjadi keseimbangan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akherat pada anak supernormal perlu penanaman ahlakul kharimah karena dalam muatan SDM yang berkualitas yang paling elementer adalah sikap hidup ahlakul kharimah secara kondusif. Anak supernormal merupakan kekayaan sumber daya insani yang tidak terukur nilainya. Mereka bukan hanya milik orang tuanya melainkan milik masyarakat dimana mereka tumbuh. Oleh karena itu jangan menyia-nyiakan kekayaan yang besar ini. Dengan memenuhi kemauan positif, memuji daya kreasi dan hasil kerja dan mendidik mereka, supaya menjadi cendekiawan umat dan pimpinan masyarakat banyak yang berlandaskan pada ajaran agama.
          Dari permasalahan tersebut penyusun ingin mengkaji tentang bagaimana mendidik anak yang mempunyai keunggulan kecerdasan untuk dapat membangun kehidupan bangsa dalam pandangan pendidikan Islam.
          Untuk itu dalam skripsi ini, sengaja penyusun mengangkat masalah mendidik anak supernormal dalam perspektif pendidikan Islam, penyusun beranggapan bahwa kecerdasan merupakan potensi yang akan menghasilkan generasi penerus yang cakap dan berkualitas yang dapat memahami risalah-Nya, memahami keberadaan-Nya sesuai dengan ajaran agama apabila ada usaha untuk membimbing dan mendidiknya.

C. Rumusan Masalah

          Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah :
  1. Bagaimana ciri-ciri  anak supernormal ?
  2. Bagaimana mendidik anak supernormal dalam perspektif pendidikan
Islam ?



D. Alasan Pemilihan Judul

           Hal-hal yang mendorong penyusun untuk memilih judul tersebut adalah :
  1. Pendidikan Islam merupakan suatu usaha untuk mempersiapkan anak menjadi manusia yang mandiri dan manusia yang bahagia dunia dan akherat.
  2. Kecerdasan yang dimiliki anak merupakan potensi dan waduk dari SDM yang berbakat sehingga pembangunan negara Indonesia untuk waktu yang akan datang akan lebih meningkat lebih tepat guna mencapai hasil yang diinginkan.
  3. Mendidik merupakan tanggung jawab dan kewajiban orang tua. Dalam mendidik tidaklah mudah orang tua harus tahu potensi dan karakteristik yang dimiliki anak sahingga tahu cara-cara yang benar mendidik anak agar mempunyai masa depan yang baik.

E. Tujuan Dan Kegunaaan Penelitian

  1. Tujuan
Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri anak supernormal dan mengetahui upaya yang dilakukan orang tua dalam   mendidik anak supernormal dalam pandangan pendidikan Islam.
  1. Kegunaan
Untuk memberi informasi kepada orang tua dan para calon orang tua dalam mendidik anak yang memiliki kecerdasan lebih dan memberi motivasi kepada masyarakat untuk selalu memperhatikan perkembangan anak dan juga hasil penelitian ini nanti diharapkan dapat berguna untuk kemajuan bangsa dan negara khususnya generasi Islam.

F. Telaah Pustaka

          Dalam penulisan skripsi ini, penyususn telah berusaha mengumpulkan data yang berasal dari  hasil penelitian yang sesuai dengan tema di atas. Adapun buku-buku tersebut adalah :
  1. Skripsi saudari Siti Nurhayati tahun 2003 yang berjudul Mengembangkan Kecerdasan Intelektual Anak Dalam Perspektif Pendidikan Islam (Telaah Buku : Bangunkan Kejeniusan Anak Anda karya Sakuntala Devi )
Dalam skripsi ini berisi tentang cara-cara atau usaha orang tua dan guru dalam mengembangkan, membangkitkan kecerdasan sehingga benih-benih kecerdasan dan kejeniusan anak bisa muncul dan terwujud secara optimal yang ditinjau dari perspektif pendidikan Islam. Dalam skripsi ini ditekankan upaya orang tua dan guru dalam membangkitkan  anak supaya menjadi cerdas dan jenius.
  1. Skripsi saudari Danar Setyorini tahun 2002 yang berjudul Perkembangan aspek kognisi Pada anak Usia 0-6 Tahun Implikasi Serta Terapannya Dalam Pendidikan Islam.
Dalam skripsi ini berisi tentang upaya pengembangan kemampuan anak pada aspek kognisi pada usia 0-6 tahun dan penerapannya dalam pendidikan Islam . Dalam skripsi ini ditekankan pada perkembangan aspek kognisi yang dimiliki oleh setiap anak.
  1. Skripsi saudara Abdul Aziz tahun 1995 yang berjudul Konsep Anak Didik Menurut Pendidikan Islam.
Dalam skripsi ini tentang konsep anak didik yang dipandang dari sudut pendidikan Islam dan dalam skripsi ini lebih ditekankan pada anak sebagai obyek yang dapat dididik, dibimbing, dan dikembangkan.
          Ada beberapa hal yang menjadikan tulisan ini berbeda dengan tulisan-tulisan di atas. Dalam tulisan ini penyusun berusaha memfokuskan pembahasan ini pada upaya orang tua dalam mendidik anak yang mempunyai keunggulan kecerdasan dalam sudut pandang pendidikan Islam.

G. Kerangka teoritik

        Sikap Islam terhadap pendidikan intelektual anak terpantul dari karakteristiknya sebagai “din fitrah”. Islam melihat dan menghormati potensi manusia sebagai potensi yang utuh tidak sepotong-potong, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Mulk : 23 berbunyi :
قُلْ هُوَ الَّذِي اَنْشَاَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَاْلاَبْصَارَ وَاْلاَفْئِدَةَ قَلِيلاً مَّا تَشْكُرُوْنَ
Artinya : “… katakanlah ; Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati (tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.”[11]
          Dari ayat di atas menunjukkan bahwa Islam sangat menghormati dan mendorong potensi intelektual serta menggariskan media-media khusus yang dapat membantu orang tua dalam mendidik dan mengembangkan potensi intelektual anaknya.[12]
          Proses pendidikan pada dasarnya membantu mengembangkan potensi yang dimiliki agar berkembang secara optimal, sehingga anak mampu melaksanakan tugas-tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Secara sederhana kualifikasi manusia yang mampu berperan sebagai “subyek” khalifah di muka bumi adalah mereka yang memiliki komitmen iman dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengungkap hukum-hukum alam (sunatullah) dalam rangka memakmurkan kehidupan di muka bumi.[13]
          Islam mewajibkan orang tua untuk mendidik dan menumbuhkan segala aspek kepribadian anak yaitu pertumbuhan jasmani, akal, spiritual, ahlak dan tingkah laku sosial untuk menyiapkan generasi muda untuk menghadapi hidup di masyarakat. Sabagaimana sabda Rasulullah dalam hadistnya :
عَلِّمُوْا اَوْلاَدَكُمْ وَاَهْلِيكُمُ الْخَيْرَ وَاَدِّبُوْهُمْ (رواه عبد الرزاق وسعيد بن منصور)
Artinya : “Ajarkanlah kebaikan (etika dan moral ) kepada anak-anakmu (laki-laki dan perempuan) dan keluargamu (suami dan istri) serta didiklah mereka (pendidikan olah pikir).” ( HR. ‘Abdurrazzak dan Said Bin Mansur )[14]
          Keluarga adalah lembaga yang sangat penting dalam proses pengasuhan anak. Meskipun bukan menjadi satu-satunya faktor, keluarga merupakan unsur yang sangat menentukan dalam pembentukan kepribadian dan kemampuan anak.
          Fungsi keluarga dalam hal ini adalah bagaimana peranan orang tua dalam upaya membentuk kepribadian anak, mendidik dan mengembangkan potensi akademi, potensi religius dan moral. Kedekatan orang tua jelas memberikan pengaruh yang besar dalam proses pembentukan di banding pengaruh yang diberikan oleh komponen pendidikan lainnya.[15]
          Selain keluarga faktor lingkungan yang tak kalah penting adalah sekolah. Sekolah adalah sebuah lingkungan yang amat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan akal.[16]
          Agar pendidikan berhasil diperlukan situasi pendidikan yang baik, bahan-bahan pendidikan serta metode mendidik yang tepat.[17] Untuk itu orang tua harus mempersiapkan anak baik dari segi jasmani, akal, dan rohaninya sehingga dia menjadi angggota masyarakat yang bermanfaat baik untuk dirinya maupun masyarakat.
Anak supernormal adalah anak yang mempunyai intelegensi di atas normal. Anak yang tergolong supernormal adalah anak yang memiliki intelegensi di atas 110.
Adapun kalsifikasi anak yang tergolong supernormal berdasarkan tingkat tingginya intelegensi menurut para ahli adalah :
a.       Robert S. Woodwort dan Donalt C. Marquis membagi jenis anak supernormal sabagai berikut :
IQ                                Kalsifikasi
                        140 – ke atas                           Genius
                        130 – 139                                Very Superior
                        120 – 129                                Very Superior
                        110 – 119                                Superior
b.      Baker mengklasifikasikan anak supernormal menjadi 3 golongan :
IQ                                Klasifikasi
                        140 – 200                                Genius
                        125 – 140                                Gifted
                        110 – 125                                Rapid
c.       Menurut Gauss (sebaran nilai IQ menurut kurve normal gauss ) yaitu :
IQ                                Klasifikasi
                        Di atas 139                              Sanagt menonjol
                        120 – 139                                Menonjol
                        110 – 119                                Di atas biasa
                        90 – 109                                  Biasa (rata-rata)
                        80 – 89                                    Di bawah biasa
                        76 – 79                                    Batas terbelakang
                        Di bawah 70                            Terbelakang mental
d.      Menurut  Stanford Binet :
IQ                                Klasifikasi
                        140 – 169                                Very superior
                        120 – 139                                Superior
                        110 – 119                                High Average
e.       Menurut Terman :
IQ                                Klasifikasi
                        140 – Above                           Near Genius Of Genius
                        120 – 140                                Very superior intellegence
                        110 – 120                                Superior intellegence
f.       Menurut Wechsler :
IQ                                Klasifikasi
                        130 – 200                                Genius
                        120 – 129                                Sangat pandai
                        110 – 119                                Pandai[18]
          Dari beberapa klasifikasi tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa rata-rata yang tergolong anak supernormal adalah anak yang memiliki intelegensi di atas 110 dan bisa disebut dengan anak jenius, very superior dan superior.
Mendidik anak supernormal pada umumnya sama seperti mendidik anak normal biasa karena setiap anak memerlukan kasih sayang, rasa aman, perhatian serta dorongan dari orang tua.  Karena anak supernormal mempunyai kecerdasan yang tinggi sehingga sifat dan tingkah lakunya berbeda maka kebutuhannya pun berbeda dengan anak normal biasa. Untuk itu dalam mendidiknya lebih khusus agar terpenuhi segala kebutuhannya.
          Orang tua dapat mendidik anaknya yang super di rumah, dengan menciptakan rumah yang penuh kegembiraan dan diterapkannya proses belajar mengajar yang menyenangkan caranya :
  1. Sediakan fasilitas seperti buku-buku, mainan, pensil, kertas, crayon, tanah liat, kaset audio dan kaset video. Karena benda-benda ini penting bagi seorang jenius yang sedang berkembang.
  2. Perbanyak pujian.
  3. Kegembiraan dalam berbagi.[19]
Menurut Sutratinah Tirtonegoro ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk anaknya yang supernormal :
  1. Menciptakan lingkungan rumah yang serasi, selaras dan seimbang dalam diri anak supernormal.
  2. Menyiapkan sarana lingkungan fisik-alam-sosial yang memungkinkan anak dapat mengembangkan kemampuannya.[20]
Di samping itu orang tua juga perlu menggunakan metode-metode yang tepat untuk meningkatkan proses pembelajaran super, yaitu metode yang dapat menimbulkan rangsangan kegiatan dan kegairahan belajar secara aktif :
  1. Mengembangkan Identitas
  2. Permainan
  3. Melihat-lihat perpustakaan
  4. Berjalan-jalan di alam terbuka
  5. Membuat dan mengajukan pertanyaan.[21]
Menurut Abdullah Nasih Ulwan, agar ilmu pengetahuan, pemikiran dan otak yang dimiliki anak semakin matang, orang tua harus menyediakan sarana-sarana budaya yang bermanfaat dan bervariasi yaitu :
  1. Mendirikan perpustakaan
  2. Mengunjungi museum
  3. Mengunjungi perpustakaan
  4. Menanamkan kerinduan untuk terus mengkaji.[22]
Mendidik dengan pemberian bantuan dan dorongan akan memberi anak perasaan bahwa dia hidup di dunia yang menyenangkan diantara orang-orang yang memahami dan menghargainya. Hal itu akan menumbuhkan dalam dirinya kecintaan ilmu dan pengetahuan. Bimbingan yang diberikan anak superior baik di rumah maupun di sekolah demikian dengan pula dengan pengertian dan penerimaan terhadap ide-idenya akan menciptakan benih bagi munculnya seorang peneliti, pemikir, atau ilmuwan masa depan. Pembinaan itu akan membantunya untuk menerima dan menampilkan kemampuan intelektualnya yang kelak akan sangat penting bagi pengabdian kepada masyarakat.[23]
Pendidikan Islam berperan sebagai penghasil out put yang memiliki kecerdasan yang tinggi. Out put yang memiliki kecerdasan yang tinggi ditandai dengan sejauh mana mereka mampu memikirkan inovasi-inovasi baru yang menyelesaikan problem-problem hidup. Dan juga pendidikan Islam berusaha mempersiapkan anak didiknya untuk memperoleh kebahagiaan dunia akherat sesuai dengan tujuan. Pendidikan Islam juga menjadikan anak didiknya menjadi manusia sempurna.

H. Metode Penelitian

  1. Jenis penelitian
Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah literer atau penelitian perpustakaan (Library Research) artinya sebuah studi dengan mengkaji buku-buku yang ada kaitannya dengan pembahasan skripsi ini yang diambil dari perpustakaan. Semua sumber berasal pada bahan-bahan tertulis yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
  1. Metode Pengumpulan Data
Karena penulisan ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research) maka data-data yang diambil berasal dari berbagai sumber tulisan, baik dari majalah, tulisan ilmiah dan lain-lain yang bersangkutan dengan materi yang penulis bahas. Adapun metode penelitian di dapat dari beberapa data diantaranya adalah :


    1. Sumber data primer
Yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini yaitu buku yang berjudul “Anak Supernormal dan Program Pendidikannya”, Dra. Sutratinah Tirtonegoro, (Jakarta, Bina Aksara, 1984), “Bangunkan Kejeniusan Anak Anda”, Sakuntala Devi, ( Bandung, Yayasan Nuansa Cendekia, 2002), “Pendidikan Anak Menurut Islam: Kaidah-Kaidah Dasar”, Abdullah Nasih Ulwan, ( Bandung Remaja Rosdakarya, 1992),  “Mendambakan Anak Sholeh: Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Dalam Islam”, Asnelly Ilyas Pengantar Zakiah Darajat ( Bandung, Al-Bayan Mizan, 1998)
    1. Sumber Data Sekunder
Yang menjadi sumber data sekunder yaitu buku yang berjudul ; ‘ Anak-Anak Yang Cemerlang”, Sadik Samaan dan Zakiah Darajat, (Jakarta, Bulan Bintang, 1980), “Cerdas Dan Cemerlang”, Joan Freeman Dan Utami Munandar, (Jakarta, Pustaka Utama, 2001), Aku Dan Anakku, Bimbingan Praktis Mendidik Anak Menuju Remaja, Ma’ruf Zurayk, ( Bandung, Al-Bayan, 1998)
  1. Metode Analisa Data
Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis adalah suatu usaha untuk mengumpulkan dan menyusun suatu data, kemudian diusahakan adanya analisis dan penafsiran data.[24]
Langkah-langkah dalam penelitian metode deskriptif analisis diantaranya adalah :
    1. Membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu lalu mengambil bentuk studi komparatif.
    2. Mengadakan penilaian
    3. Menetapkan standar (normatif)
    4. Menetapkan hubungan dan kedudukan (status) satu unsur dengan unsur yang lain
    5. Menarik kesimpulan.[25]
Dalam metode analisis data ini menggunakan pola pikir ilmiah sebagai berikut :
1.      Deduktif
Pola pikir deduktif yaitu pola berfikir dengan menggunakan analisa yang berpijak dari pengertian-pengertian atau fakta-fakta yang bersifat umum, kemudian diteliti dan hasilnya dapat memecahkan masalah khusus.[26]
2.      Induktif
Pola pikir induktif yang berpijak pada fakta-fakta yang bersifat khusus kemudian diteliti dan akhirnya ditemukan pemecahan persoalan yang bersifat umum.[27]

I. Sistematika Pembahasan

          Untuk memberi gambaran pembahasan dalam skripsi ini secara menyeluruh dan sistematis, maka penulisan skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
              Dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yang sebelumnya didahului dengan beberapa halaman yang mencakup halaman judul, halaman nota dinas, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman pengantar dan daftar isi, kemudian dilanjutkan bab I, bab II, bab III, bab IV, dan bab V
          Bab I yaitu pendahuluan yang terdiri dari penegasan istilah, latar belakang masalah, rumusan masalah, alasan pemilihan judul, tujuan dan kegunaan penulisan, telaah pustaka, kerangka teoritik, metode pembahasan, dan sistematika pembahasan.
          Bab II merupakan konsep pendidikan Islam yang meliputi : pengertian pendidikan Islam, dasar dan tujuan pendidikan Islam, dan faktor-faktor pendidikan Islam.
          Bab III merupakan bab inti dari pembahasan ini meliputi pengertian anak supernormal, ciri-ciri  anak supernormal, dan faktor yang mempengaruhi kecerdasan.
          Bab IV merupakan bab yang membahas tentang mendidik anak supernormal dalam perspektif pendidikan Islam berisi tentang mendidik anak supernormal dan pendidikan anak supernormal dalam pandangan pendidikan Islam.
        Bab V adalah bab penutup yang berisi tentang kesimpulan yang merupakan hasil akhir dari penelitian  kemudian saran-saran dan diakhiri dengan kata penutup.
Pada akhir halaman dicantumkan juga daftar pustaka, lampiran-lampiran, daftar riwayat hidup.
















BAB II

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM


          Islam sebagai agama memiliki makna yang sangat luas dan merupakan sistem illahi dalam seluruh kehidupan manusia. Islam merupakan syari’at bagi manusia yang dengan bekal syari’at tersebut manusia mampu memikul dan merealisasikan amanat besar itu, syari’at tersebut membutuhkan pengalaman, pengembangan dan pembinaan. Pembinaan inilah yang dimaksud dengan pendidikan Islam.

A. Pengertian Pendidikan Islam

          Sebelum membahas pendidikan Islam terlebih dahulu penulis sedikit menguraikan apa arti pendidikan itu sendiri. Istilah pendidikan dalam konteks Islam lebih banyak dikenal dengan term At-Tarbiyah, At-Ta’lim, At-Ta’dib, dimana term tersebut mempunyai makna yang berbeda. Dari ketiga istilah tersebut telah banyak menimbulkan perdebatan diantara para ahli mengenai istilah mana yang paling tepat untuk menunjuk kegiatan “pendidikan”.
          Dalam bukunya Abu Tauhid yang berjudul “Beberapa Aspek Pendidikan Islam” memberikan pemahaman tentang ketiga istilah di atas yaitu : kata At-Ta’lim yang lebih tepat ditujukan untuk istilah “pengajaran” yang hanya terbatas pada kegiatan menyampaikan atau memasukkan ilmu pengetahuan ke otak seseorang. Jadi lebih sempit dari istilah “pendidikan” yang dimaksud, dengan kata lain At-Ta’lim hanya sebagai bagian dari pendidikan. Dan kata At-Ta’dib lebih tepat ditujukan untuk istilah “pendidikan ahlak” semata, jadi sasarannya hanyalah pada hati dan tingkah laku (budi pekerti.) sedangkan kata At-Tarbiyah mempunyai pengertian yang lebih luas dari At-Ta’lim dan At-Ta’dib bahkan mencakup kedua istilah tersebut.[28]
          Untuk itu ditijau dari segi asal bahasanya, sebagaimana diutarakan Abdur Rahman An-Nahlawi, kata At-Tarbiyah memiliki tiga asal yaitu :
a. Kata At-Tarbiyah berasal dari kata   رَبَا يَرْبُوْ     Yang mempunyai arti زَادَ وَنَمَا (bertambah dan tumbuh )
b. Kata At-Tarbiyah berasal dari kata رَبِيَ- يَرْبَي  yang mempunyai arti    تَرَعْرَعَ  نَشَأَ وَ ( tumbuh dan berkembang menjadi dewasa )
c. Kata At-Tarbiyah berasal dari kata ر ب – ير ب  yang mempunyai arti اَصْلَحَهُ: وَتَوَلَّى اَمْرَهُ : وَسَاسَهُ وَقَامَ عَلَيْهِ وَرَعَاهُ ( memperbaiki, mengurusnya, memimpinnya dan mengawasi serta menjaganya.)[29]
Dari pengertian di atas istilah At-Tarbiyah mengandung berbagai kegiatan yang berupa menumbuhkan, mengembangkan, memperbaiki, mengurus, maupun mengawasi serta menjaga anak didik. Dengan berbagai kegiatan ini maka potensi-potensi yang ada dalam diri anak didik akan mengalami perkembangan ke arah kemajuan.
          Sedangkan pengertian pendidikan secara terminologi telah banyak para pakar yang mencoba merumuskannya berdasarkan hasil ijtihad sehingga tak mengherankan jika sampai saat ini banyak definisi pendidikan Islam yang masing-masing mengandung persamaan dan perbedaan. Berikut ini dikemukkan tiga definisi pendidikan Islam yang telah dirumuskan oleh beberapa ahli diantaranya :
1.      Sayid Sabiq, merumuskan bahwa pendidikan Islam ialah mempersiapkan anak baik dari segi jasmani, segi akal, dan segi rohaniyah sehingga dia menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi umatnya.
2.      Athiyah Al-Abrasy, menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah mempersiapkan individu agar ia dapat hidup dengan kehidupan yang sempurna.
3.      Anwar Jundi, mengatakan pendidikan Islam yaitu menumbuhkan manusia dengan pertumbuhan yang terus menerus sejak ia lahir sampai ia meninggal dunia.[30]

Dari ketiga definisi di atas mengandung perbedaan, yaitu terletak pada penekanannya, sehingga ketiganya dapat saling melengkapi. Dan apabila ketiga definisi itu dipadukan maka akan tersusun sebuah rumusan pendidikan Islam yang lebih sempurna dan lebih lengkap. Adapun rumusan pendidikan Islam yaitu suatu usaha untuk menyiapkan anak atau individu dan menumbuhkannya baik dari sisi jasmani, akal fikiran dan rohaninya dengan pertumbuhan yang terus menerus agar ia dapat hidup dan berpenghidupan sempurna dan ia dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi dirinya dan umatnya.
Jadi pendidikan Islam merupakan pengembangan potensi yang dimiliki anak sesuai dengan bakat dan minatnya, disamping itu pendidikan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai dan aspek pengembangan akal pikiran sehingga potensi dasar anak dikembangkan secara leluasa, sehingga kemampuan yang dimiliki anak akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan jasmani dan rohani sehingga menjadi manusia yang berguna.
H..M Arifin berpendapat bahwa pendidikan Islam merupakan bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya ajaran semua Islam.[31]
Pengertian di atas jelas bahwa pendidikan Islam berupaya menanamkan takwa dan ahlak kepada anak didik agar membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi pekerti luhur menurut ajaran Islam.
Prof. Dr. Muhammad Athiyah Al-Abrosy menyatakan bahwa prinsip umum pendidikan Islam adalah mengembangkan berfikir bebas dan mandiri serta demokratis dengan memperhatikan kecenderungan peserta didik secara individu yang menyangkut aspek kecerdasan akal, dan bakat dengan dititik  beratkan pada pengembangan ahlak.[32]
Pengertian pendidikan Islam di atas berupaya mengembangkan anak sesuai dengan akal dan bakat dengan bimbingan dan dengan dorongan yang dititik beratkan pada pengembangan ahlak.
Sedangkan menurut Muhammad Fadil Al-Jamaly pendidikan Islam adalah upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia lebih maju berlandaskan nilai-nilia yang tinggi dan kehidupan yang mulia sehingga terbentuk pribadi yang sempurna baik yang berkaitan dengan akal, perasaan maupun perbuatan.[33]
Pengertian di atas menjelaskan bahwa pendidikan Islam berupaya mengembangkan potensi manusia baik dari sisi kognitif, afektif maupun psikomotorik sebagai satu kesatuan yang utuh dengan berlandaskan nilai-nilai Islam sehingga diharapkan manusia bisa menghadapi masa depan yang akan dihadapi dengan kemampuan yang telah dimiliki.
Berbagai pengertian di atas menunjukkan beragamnya pendapat para ahli. Namun memiliki kesamaan yang mendasar sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah usaha sadar yang dilakukan oleh orang yang lebih dewasa untuk mengarahkan, membimbing dan mengembangkan seluruh potensi anak didik agar berkembang lebih maju demi tercapainya pribadi yang dewasa, mandiri da lebih sempurna dengan berlandaskan nilai-nilai yang bersumber dari Al-Quran dan Sunah untuk mencapai kebahagiaan yang akan datang.




B. Dasar dan tujuan Pendidikan Islam
1.      Dasar Pendidikan Islam
Dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam harus merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan pada aktivitas yang dicita-citakan. Nilai yang terkandung harus mencerminkan nilai yang universal yang dapat dikonsumsikan untuk seluruh aspek kehidupan manusia serta merupakan standar nilai yang dapat mengevaluasi kegiatan selama ini berjalan.[34]
Dasar pendidikan Islam pada garis besarnya ada dua yaitu Al-Quran dan As-Sunah yang dapat dikembangkan dengan ijtihad.[35]
Dr. Said Ismail berpendapat bahwa dasar ideal pendidikan Islam terdiri atas enam macam yaitu ; (1) Al-Quran, (2) Sunah Nabi, (3) Kata-kata sahabat, (4) Kemasyarakatan umat (sosial), (5) Nilai-nilai dan adat kebiasaan masyarakat dan (6) Hasil pemikiran para pemikir Islam.[36]
Menurut Prof. Hasan Langgulung dasar operasional pendidikan terbagi menjadi enam macam :
1.      Dasar historis, yaitu dasar yang memberikan persiapan kepada anak didik dengan hasil-hasil pengalaman masa lalu, undang-undang dan peraturannya, batas-batas dan kekurangannya.
2.      Dasar sosial, yaitu dasar yang memberikan kerangka budaya pendidikannya itu bertolak dan bergerak seperti memindah budaya, memilih dan mengembangkannya.
3.      Dasar ekonomi, yaitu dasra yang memberi perspektif tentang potensi-potensi manusia dan keuangan materi dan persiapan yang mengatur sumber-sumbernya dan tanggung jawabnya terhadap pembelanjaan.
4.      Dasar politik dan administrasi, yaitu dasar yang memberi bingkai ideologi dasar yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan dan rencana yang telah dibuat.
5.      Dasar psikologis, yaitu dasar yang memberi informasi tentang watak pelajar-pelajar, guru-guru cara-cara terbaik dalam praktek pencapaian dan penilaian dan pengukuran secara bimbingan.
6.      dasar filosofis, yaitu dasar yang memberi kemampua memilih yang terbaik memberi arah suatu sistem, mengontrol dan memberi arah kepada semua dasar-dasar operasional lainnya.[37]
Dasar- dasar pendidikan di atas menjadikan pendidikan Islam tetap mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik, dan dasar ini pula yang menjadi salah satu acuan dalam penentuan tujuan pendidikan Islam.

2.      Tujuan Pendidikan Islam
Tujuan merupakan salah satu faktor yang harus selalu ada dalam setiap aktifitas pendidikan, termasuk pendidikan Islam, disamping itu tujuan juga merupakan pedoman bagi suatu kegiatan yang akan dikerjakannya. Dengan tujuan yang jelas kegiatan pendidikan akan efektif dan efisien dan akan terfokus dengan apa yang kita citi-citakan. Hal di atas menunjukkan pentingnya tujuan pendidikan Islam.
          Adapun  akan  penulis paparkan berbagai  rumusan tujuan pendidikan Islam :
Menurut DR. Moh. Fadhil Al-Jamaly tujuan pendidikan Islam ialah menenemkan kesadaran dalam diri manusia terhadap dirinya sendiri selaku hamba Allah, dan kesadaran selaku anggota masyarakat yang harus memiliki rasa tanggung jawab sosial terhadap pembinaan masyarakatnya serta menanamkan kemampuan manusia untuk mengelola, memanfaatkan alam sekitar ciptaan Allah bagi kepentingan kesejahteraan manusia dan kegiatan ibadahnya kepada khalik pencipta alam itu sendiri.[38]
          M. Fadhil Al-Jamaly dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam di atas menggambarkan bahwa pendidikan Islam berusaha mengembangkan potensi yang ada pada manusia, hal ini terlihat dengan mengajak manusia mengenal dan mempelajari lingkungan baik dirinya, masyarakat maupun alam sehingga diperlukan kemampuan agar dapat mengelola dan menguasainya untuk mencapai kebahagiaan hidup dengan maksud beribadah kepada Allah SWT.
          Sedangkan menurut hasil rumusan konferensi dunia pertama tentang pendidikan Islam yang diadakan di Makkah tahun 1977 : “ Penididikan seharusnya mencapai pertumbuhan yang seimbang dalam kepribadian manusia secara total melalui latihan semangat, intelek, rasional diri, perasaan dan kepekaan rasa tubuh. Karena itu, pendidikan seharusnya memberikan jalan bagi pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya secara spiritual, intelektual, imajinatif, fisikal, ilmiah, linguistik baik secara individual maupun secara kolektif disamping memotivasi semua aspek tersebut ke arah kebaikan dan kesempurnaan.[39]
                     Rumusan di atas menggambarkan bahwa tujuan pendidikan Islam berusaha menumbuhkan berbagai aspek yang ada pada manusia dengan potensi yang dimiliki agar mencapai pertumbuhan yang seimbang dan sempurna.
                     Ali Ashraf menawarkan tujuan pendidikan Islam dengan terwujudnya penyerahan mutlak kepada Allah SWT pada tingkat individu, masyarakat dan kemanusiaan pada umumnya.
          Sedangkan tujuan khusus pendidikan Islam menurut Ali Ashraf adalah :
1.        Mengembangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam, serta mengembangkan pemahaman rasional mengenai Islam dalam konteks kehidupan modern.
2.        Membekali anak muda dengan berbagai pengetahuan dan kebajikan baik pengetahuan praktis, kekuasaan, kesejahteraan, lingkungan sosial dan pembangunan nasional.
3.        Mengembangkan kemampuan pada diri anak didik untuk menghargai dan membenarkan superioritas komparatif kebudayaan dan peradaban Islami di atas semua kebudayaan lain.
4.        Memperbaiki dorongan emosi melalui pengalaman imajinatif sehingga kemampuan kretif dapat berkembang dan berfungsi mengetahui norma-norma Islam yang benar dan yang salah.
5.        Membantu anak yang sedang tumbuh dan belajar berfikir secara logis dan membimbing proses pemikiran dengan berpijak pada hipoteses dan konsep-konsep tentanag pengetahuan yang dituntut.
6.        Mengembangkan wawasan relational dan lingkungan sebagaimana yang dicita-citakan dalam Islam, dengan melatih kebiasaan yang baik.
7.        Mengembangkan, menghaluskan dan memperdalam kemampuan berkomunikasi dalam bahasa tulis dan bahasa lisan.[40]
Dari tujuan yang ditawarkan Ali Ashraf di atas pendidikan Islam tidak lain bertujuan untuk mengembangkan potensi dan kemampuan yang ada dalam diri si anak didik baik spiritual, emosi, komunikasi, kecerdasan, sosial dan kepercayaan dirinya sehingga terwujud penyerahan mutlak pada Allah SWT.
Jadi tujuan pendidikan dari berbagai rumusan di atas bahwa potensi kecerdasan merupakan kemampuan yang perlu diperhatikan disamping kemampuan yang lain. Oleh karena itu dibutuhkan suatu langkah dan strategi yang melibatkan banyak faktor.
C. Faktor-faktor Pendidikan Islam
          Pencapaian tujuan pendidikan Islam dibutuhkan suatu langkah dan strategi yang melibatkan banyak faktor. Dimana faktor ini merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat terpisahkan dalam suatu sistem pendidikan Islam. Faktor-faktor pendidikan itu berupa tujuan, pendidik, anak didik, lingkungan dan faktor alat.
          Penulis berpendapat bahwayang termasuk faktor-faktor pendidikan Islam tidak berbeda dengan faktor secara umum, karena yang membedakan antara pendidikan Islam dan pendidikan secara umum hanyalah terletak pada sumber-sumber yang mendasarinya. Sebagaimana Sutari Imam Barnadib dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis” menetapkan faktor-faktor dalam lima macam, yaitu :
a. Faktor Tujuan
Tujuan merupakan sasaran yang hendak dicapai dan sekaligus merupakan  pedoman yang memberi arah bagi segala aktivitas yang dilaksanakan. Tujuan bisa menjadi motivasi yaitu pendorong dalam suatu proses yang menjadi terget tercapainya akan sesuatu.
b. Faktor Pendidik
Pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan seluruh potensi afektif, kognitif, dan psikomotorik.[41]
          Pendidik yang penulis maksud sesuai dengan penegasan istilah didepan yaitu orangtua. Orang tua adalah orang dewasa pertama yang memikul tanggung jawabpendidikan, karena orangtualah yang mengetahui karakteristik anak sejak usia awal.
c. Faktor Anak Didik
Anak didik ialah seorang anak yang selalu mengalami perkembangan sejak terciptanya sampai meninggal dan mengalami perubahan-perubahan yang terjadi secara wajar.[42]
Anak yang penulis maksud adalah usia 6-12 tahun, pada masa ini anak sudah bersosialisasi dengan lingkungan. Pada masa ini orang tua perlu memperhatikan pendidikannya yang akan mempengaruhi di masa yang akan datang.
d. Faktor Alat
Alat pendidikan adalah segala sesuatu yang secara langsung membantu terlaksananya tujuan pendidikan. Alat pendidikan dapat berujud benda konkrit dan non konkrit. Benda konkrit seperti buku, papan tulis, dan lain-lain, sedangkan non konkrit seperti nasehat, hukuman dan sebagainya
e. Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar anak didik baik berupa benda-benda, peristiwa-peristiwa yangterjadi maupun kondisi masyarakat terutama yang dapat memberikan pengaruh kuat kepada anak yaitu lingkungan dimana proses pendidikan berlangsung dan lingkungan dimana anak-anak bergaul sehari-harinya.
Beberapa ahli membagi lingkungan menjadi tida bagian yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga lingkungan ini merupakan satu kesatuan yang tak boleh dipisahkan, hal ini karena ketiganya berpengaruh terhadap perkembangan anak didik menuju ke arah kedewasaan jasmani dan rohani.
Pengaruh lingkungan terhadap anak didik dapat positip dapat pula negatif. Positif apabila dapat memberikan dorongan terhadap keberhasilan   proses pendidikan, sedangkan pengaruh negatif apabila lingkungan menghambat keberhasilan proses keberhasilan.

BAB III
TINJAUAN ANAK SUPERNORMAL

A. Pengertian Anak Supernormal

Sebelum menguraikan tentang anak supernormal, terlebih dahulu akan penulis uraikan apa itu intelegensi dan IQ serta bagaimana cara pengukurannya, karena patokan anak supernormal dalam tulisan ini adalah tingkat tingginya intelegensi.
        Intelegensi atau kecerdasan merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa mahluk hidup yang hanya dimiliki oleh manusia, intelegensi diperoleh manusia sejak lahir dan sejak itu pula potensi intelegensi mulai berfungsi mempengaruhi waktu dan kualitas perkembangan individu dan apabila sudah berkembang, maka fungsinya semakin berarti bagi manusia yakni akan mempengaruhi kualitas penyesuaian dirinya dengan lingkungan.[43]
          Intelegensi bukan suatu yang bersifat kebendaan melainkan suatu fiksi ilmiah untuk mendeskripsikan perilaku individu yang berkaitan dengan kemampuan intelektual.[44]
              Para ahli mempunyai pengertian yang beragam tentang intelegensi yaitu :
     Anita E. Woolfolk mengemukakan bahwa menurut teori-teori lama, intelegensi itu meliputi tiga pengertian, yaitu (1) kemampuan untuk belajar; (2) keseluruhan pengetahuan yang diperoleh; (3) kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya. Selanjutnya Woolfolk mengemukakan bahwa intelegensi itu merupakan satu atau beberapa kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan dalam rangka memecahkan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan.[45]
              Alfred Binet, seorang tokoh utama perintis pengukuran intelegensi bersama Theodore simon mendefinisikan intelegensi atas tiga komponen yaitu (a) kemampuan untuk mengarahkan fikiran atau mengarahkan tindakan; (b) kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan dan (c) kemampuan untuk mengeritik diri sendiri atau melakukan autocriticism.[46]
          David Wechsler pencipta skala-skala intelegensi yang populer sampai saat ini, mendefinisikan intelegensi sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dalam tujuan tertentu, berfikir secara rasional, serta mengahadapi lingkungannya dengan efektif.[47]
          S.C. Utami Munandar dalam bukunya “Mengembangkan Bakat Dan Kreatifitas Anak Sekolah” menyatakan secara umum bahwa intelegensi dapat dirumuskan :  (a) kemampuan untuk berfikir abstrak, (b) kemampuan untuk menangkap hubungan dan untuk belajar dan (c) kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru.[48]
          Selanjutnya Wood Worth menambahkan bahwa intelegensi erat hubungannya dengan intelek atau pengetahuan. Bukan berarti intelegensi merupakan sejumlah pengetahuan yang dimiliki seseorang melainkan berkenaan dengan kualitas intelek.  Intelek yanng berfaedah yaitu intelek yang siap digunakan . Intelegensi itu sendiri merupakan intelektual yang berdaya guna dan berhasil guna untuk menghadapi atau bertindak dalam suatu situasi atau dalam menyelesaikan masalah dimana dalam bertindak dan memecahkannya tampak intelegen atau bodoh. Jadi orang yang intelegen adalah orang yang mampu berbuat atau bertindak dengan bijaksana, cepat, tepat dan berhasil.[49]
          Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang dibawa individu atau manusia sejak lahir yang dapat digunakan untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan yang baru dan untuk memecahkan problem-problem yang dihadapi dengan cepat dan tepat.
              Intelegensi bukanlah IQ. Intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang kemampuan individu (seperti yang telah dijelaskan di atas) sedangkan IQ adalah hasil dari suatu tes intelegensi tertentu yang notabene yang hanya mengukur sebagian kecil dari intelegensi.[50]
          IQ singkatan dari Intellegence Quotient menunjukkan ukuran atau taraf intelegensi atau kecerdasan seseorang. Dari hasil tes intelegensi IQ ini diperoleh dengan menggunakan rumus : hasil bagi umur mental dengan umur Cronologis atau kalender dikalikan seratus atau IQ = (MA / CA) X 100.[51]
          MA singkatan dari Mental Age (usia mental) yang merupakan suatu norma pembanding pada kelompok usia tertentu. Misalnya pada kelompok anak-anak usia 8 tahun sebagian besar diantara mereka mampu menjawab dengan benar sebanyak 24 soal dalam tes, maka skor atau angka itu dijadikan norma untuk kelompok anak-anak usia 8 tahun, dan disebut usia mental 8 tahun. Bila seorang anak dalam mengerjakan tes yanng sama mampu menjawab dengan benar sebanyak 24 soal maka ia mempunyai usia mental 8 tahun.[52]
          CA singkatan dari Chronological Age (usia kronologis) yaitu usia anak sejak dilahirkan yang dapat dinyatakan dalam satuan tahun atau dalam satuan bulan. Misalnya apabila seorang anak yang berusia 8 tahun mampu menjawab dengan benar sebanyak 24 soal maka ia dikatakan memiliki usia mental 8 tahun. Dan IQnya dihitung sebagai IQ = (8/8)x100 = 100. Seorang anak lain yang berusia 6 tahun tetapi sudah mampu menjawab dengan benar sebanyak 24 dalam tes yang sama akan memperoleh usia mental 8 tahun pula sehingga IQnya adalah (8/6)x100 = 133.[53]
          Jelaslah bahwa apabila seorang anak mencapai usia mental yang sama dengan usia kronologisnya, maka ia akan mendapat IQ=100 yang secara logis diartikan sebagai berintelegensi normal. Bila seorang anak memperoleh usia mental lebih tinggi dari pada usia kronologisnya maka anak tersebut tergolong anak yang berintelegensi di atas normal, sebaliknya bila usia mental lebih kecil dari usia kronologisnya berarti intelegensinya di bawah normal. Demikianlah gambaran prinsip perhitungan IQ.[54]
          Berdasarkan prinsip-prinsip perhitungan IQ tersebut indikasi awal lahirnya konsep kecerdasan dinyatakan bahwa “semkin tinggi IQ seseorang maka semakin tinggi pula kecerdasannya”.
          Sebagai orang tua boleh-boleh saja meminta anaknya untuk menjalani tes akan tetapi setelah mengetahui skor atau hasilnya dan berapapun skornya harus tetap gembira dan juga tidak pernah berhenti untuk memberi masukan-masukan, perhatian upaya-upaya  yang dapat meningkatkan dan menjaga kecerdasannya.
          Mungkin pada saat tes dilaksanakan anak dalam keadaan atau kondisi yang kurang sehat atau dalam keadaan cemas, dan sebagainya. Hal-hal tersebut bisa mempengaruhi, maka apapun alasannya tidaklah bijaksana apabila menganggap nilai IQ seorang anak sebagai hal  yang amat penting.[55] Apabila orang tua ingin mengetahui anaknya cerdas atau tidak orang tua dapat melihat tanda-tanda kecerdasan dan  ciri-ciri anak supernormal.
          Dari penegasan istilah di depan sudah penulis jelaskan pengertian anak supernormal yaitu anak yang mempunyai kecerdasan di atas anak-anak normal dan memiliki IQ di atas 110. Anak yang tergolong supernormal yaitu meliputi anak genius memiliki IQ 140 ke atas, anak gifted atau very superoir memiliki IQ 125-140, dan anak superior memiliki IQ 110-125.
              Adapun batasan arti anak supernormal yakni :
1. Anak Genius, mewakili golongan anak yanng memiliki IQ 140 ke atas.
                           Genius mempunyai arti anak yang memilliki tingkat intelegensi yang tinggi (IQ 140 ke atas) istilah ini juga dipakai terhadap seseorang yang memiliki bakat kemampuan luar biasa.[56]
               Dalam bukunya Sri Rumini berjudul “ Pendidikan Anak Genius” dikemukakan bebrapa pendapat para ahli tentang batasan pengertian genius :
a.       Orang awam banyak yang berpendapat bahwa semua anak yanng cerdas, cerlang, berkemampuan tinggi adalah tergolong anak genius.
b.      Ada yang menyamakan dengan talented (berbakat)
c.       Ada yang menyamakan dengan Gifted  atau Highly   Gifted
d.      Robert  Woodworth  dalam bukunya “Psychology” berpendapat bahwa anak genius adalah  anak yang memiliki IQ  di atas  140
e.       Prof. Hollingwort  berpendapat anak sudah berhak disebut genius kalau IQ nya lebih dari 180
f.       Dalam “The Wood  Book Encyclopaedia”  volume 8, halaman 87  dinyatakan kalau genius dipandang dari psycology adalah seseorang dengan IQ 140 atau lebih
g.      Ruth Strung mempunyai pendapat lain lagi  terhadap para genius, menurut dia : kata genius sering-sering diterapkan kepada individu yang mempunyai kapasitas istimewa (luar biasa) dan mampu menciptakan sesuatau yang sangat tinggi nilainya  (mutunya.) jadi titik beratnya pada hasil ciptaannya, tidak hanya pada tingkatan intelegensinya.[57]
                   Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak genius adalah anak luar biasa cerdasnya sehingga dapat menciptakan sesuatu yang sangat tinggi nilainya , bila diukur dengan tes intelegensi IQ mereka paling rendah 140 sedang yang paling tinggi dapat mencapai 200 lebih.
              Para jenius lebih dari super cerdas ataupun sangat berbakat, mereka adalah orang-orang yang betul-betul hebat dan jauh mendahului masyarakat, bahkan dunia yang berbeda karena kontribusinya, sebagai contoh Beed Hoven, Picasso, Issac Newton Maria Currie, Leonardo Da Vinci dan sebagainya.[58]                
2. Anak Gifted / Very superior
               Anak gifted atau very superior memiliki tingkat kecerdasan tinggi bila diukur dengan tes intelegensi kurang lebih 125-140. Tingkat gifted berada di bawah tingkat genius dan di atas tingkat superior. Gifted adalah suatu terminologi bagi individu yang mempunyai IQ atau tingkat kecerdasan yang lebih dari normal yaitu IQ nya antara 120-140. Disamping itu mempunyai pula bakat yang istimewa atau menonjol anatara lain berbakat dalam seni musik, drama, ketrampilan, dan keahlian memimpin masyarakat.[59]
               Dalam bukunya Samsu Yusuf yang berjudul ‘Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja” dijelaskan bahwa gidted atau very superior berIQ 130-139 yaitu seorang yang cakap dalam membaca, mempunyai pengetahuan tentang bilangan yang sangat baik, perbendaharaab kata yang luas dan memahami pengertian abstrak. Faktor kesehatan, kekuatan dan ketangkasan lebih menonjol daipada anak normal.[60]
3. Anak Superior
               Sesuai pada bagan penyebaran IQ anak superior menduduki IQ kurang lebih 110-125, merupakan golongan anak supernormal paling bawah. Anak superior dapat disefinisikan sebagai anak cerdas yang memiliki IQ kurang lebih 110-125, sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi.[61]
               Menurut Samsu Yusuf superior yaitu seseorang yang mempunyai IQ 120-129 kelompok ini sangat berhasil dalam pekerjaan sekolah atau akademik, mereka seringkali terdapat dalam kelas biasa, pimpinan kelas biasanya berasal dari kelompok ini.[62]
               Demikianlah batasan-batasan arti anak yang supernormal yang pada intinya sama yaitu anak yang mempunyai kecerdasan tinggi tetapi dengan kemampuan yang berbeda-beda.
B. Ciri-ciri Anak Supernormal
          Berdasarkan kenyataan, anak cerdas mulai tampak sejak kecil, ketika bermain mereka mengalahkan teman-teman yang lain, ketika belajar mengungguli pelajar yang lain, sehingga anak ini akan menguasai teman-teman lainnya. Mereka merasa tercipta untuk menjadi tuan, bukan anak buah dari lingkungannya.
          Agar orang tua bisa memahami anak yang unggul dan cerdas orang tua dapat memperhatikan sifat-sifat yang berbeda dengan teman lainnya :
1.      Dari aspek fisik, ia sedikit lebih unggul dibandingkan teman-teman sebayanya, baik tinggi, bobot dan kesehatan.
2.      Anak cerdas lebih mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama, disini pula orang tua dapat mengetahui bahwa perhatiannya sangat dalam, menyeluruh dan intens. Tanda-tanda kecerdasannya ditunjukkan dengan kemampuannya dalam mencipta. Jika mengikuti dorongan dan keinginannya, maka peraturan sekolah merupakan penyebab yang cukup kuat dalam menggugurkan kuncup sebelum berkembang.
3.      Anak cerdas lebih mampu memahami mulai dari masalah material sampai ke masalah –masalah yang abstrak.
4.      Anak cerdas cepat mengambil sikap dengan baik dalam kehidupan masyarakat meskipun situasi lingkungan masyarakatnya sangat jelek.
          Untuk memperjelas perbedaan anak supernormal akan penulis uraikan ciri-ciri dari masing-masing tingkatan. Adapun ciri-ciri anak supernormal (genius, Gifted/veri superior dan superior) adalah :
1.      Ciri-ciri anak genius
Anak Genius dapat juga disebut dengan sebutan “Gifted Talented”, memiliki ptensial yang sangat tinggi sekali dalam prestasi belajar dan penonjolan kemampuan yang luar biasa pada suatu bidang tertentu.[63]
                        Ciri-ciri anak berbakat intelektual /genius menurut S.C Utami Munandar  antara lain :
a.       Mudah menangkap pelajaran
b.      Ingatan baik
c.       Perbendaharaan kata luas
d.      Penalaran tajam (berfikir logis, kritis), memahami hubungann sebab akibat
e.       Daya konsentrasi baik (perhatian tidak mudah teralihkan)
f.       Menguasai banyak bahan tentang macam-macam topik
g.      Senang dan sering membaca
h.      Ungkapan diri lancar dan jelas
i.        Pengamat yang cermat
j.        Senang mempelajari kamus, peta, ensiklopedi
k.      Cepat memecahkan soal
l.        Cepat menemukan kekeliruan /kesalahan
m.    Cepat menemukan asas dalam suatu uraian
n.      Mampu membaca pada usia lebih muda
o.      Daya abstraksi tinggi
p.      Selalu sibuk menangani berbagai hal.[64]
Sedangkan Drs. Alisuf Sabri dalam bukunya “ Pengantar Psikologi” menyatakan bahwa ciri-ciri anak genius adalah :
1.    Pada masa kanak-kanaknya sangat cerdas atau kepandaian yang dimiliki luar biasa.
2.    Selain kecerdasan yang luar biasa juga sifat-sifat pribadinya sangat menonjol, sangat menunjang prestasinya, sifat-sifatnya misalnya ketekunan, keuletan dalam berusaha mencapai sesuatu, punya kepercayaan dan keyakinan diri yang besar terhadap pekerjaan   yang dipilihnya.[65]
2. Ciri-ciri anak Gifted / Very Superior
               Fileger dalam karangannya menyebutkan ciri-ciri anak Gifted dibidang science  adalah :
a.       Mempunyai perhatian terhadap science pada waktu masih pra-sekolah
b.      Serba ingin tahu apa yang menyebabkan benda-benda bekerja
c.       Kemampuan untuk mengerti ide-ide abstrak pada usia masih muda
d.      Mempunyai imajinasi kuat akan benda-benda ilmiah
e.       Senang akan koleksi
f.       Memiliki daya kemampuan yang tinggi di bidang membaca
g.      Memliki daya kemampuan yang tinggi di bidang matematika
h.      Cenderung berfikir secara kuantitatif menggunakan angka-angka untuk membantu menyatakan ide-ide
i.        Kemauan untuk aktif dan berprestasi dalam olah raga
j.        Rasa tidak puas yang beralasan, yang bagi anak-anak lain cukup puas/ menerima begitu saja akan hal-hal ilmiah.[66]
3. Ciri-ciri anak superior
                        Ciri-ciri anak superior menurut Baker yaitu :
a.       Mulai dapat berbicara lebih awal dari anak normal
b.      Menunjukkan beberapa kemampuan khusus dalam menggabungkan kata-kata untuk menyampaikan jalan pikirannya
c.       Memulai sekolah pada umur yang sama sebagai rata-rata anak
d.      Dapat sedikit membaca sebelum mulai sekolahnya
e.       Tidak mengalami kegagalam selama masa sekolah
f.       Di sekolah ia dapat mengerjakan pekerjaannya dengan mudah dan memberi kesan ia akan berhasil tanpa banyak usaha
g.      Ia mendapat perhatian dari teman-temannya dan menjadi pemimpin dalam gerakan siswa, publikasi, sekolah dan sebaginya
h.      Menunjukkan inisiatif dalam hal-hal di luar sekolah
i.        Tertarik pada atletik atau musik
j.        Pehatian terhadap bacaan luas.[67]
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri anak supernormal ialah :
1. Memiliki inelegensi di atas normal
2. Makin tinggi IQ-nya makn baik daya abstraksinya
3 Berfikir secara logis , kritis, rasional, dan kreatif
4. Perkembangan mentalnya lebih cepat dari umur kalender
5. Lingkungan sangat berperan pada perkembangannya
6. Mempunyai prestasi yang tinggi, baik dalam sekolah maupun di luar sekolah
7. Perhatian terhadap bacaan luas dan memiliki koleksi pribadi   
8. Perhatian terhadap bacaan luas dan memiliki koleksi pribadi
9. Tidak pernah mendapat kesulitan dari pelajaran di sekolah
10. Perkembangan fisik, psikis  dan bahasanya lebih pesat dari anak normal.[68]

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intelegensi
Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi/ kecerdasan menurut Sutratinah :
1.      Faktor keturunan / hereditas, yakni proses penurunan sifat-sifat atau ciri-ciri dari satu generasi berikutnya melalui plasma benih.
2.      Faktor lingkungan, yakni segala sesuatu yang ada di sekeliling anak yang mempengaruhi perkembangan anak yang meliputi :
a.       Gizi, gizi yang terkandung dalam makanan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan jasmani, rohani dan intelegensi serta menentukan produktivitas kerja seseorang. Seandainya terjadi kekurangan pemberian makanan yang bergizi, maka pertumbuhan dan perkembangan anak akan terhambat terutama perkembangan mental atau otaknya.
b.      Pendidikan, faktor pendidikan sangat mempengaruhi perkembangan mental anak. Misalnya anak lahir dengan potensi cerdas , maka akan berkembang dengan  baik apabila  mendapatkan pendidikan yang baik. Sebaliknya meskipun anak memiliki potensi cerdas tetapi tidak mendapatkan pendidikan maka perkembangan kecerdasan mengalami hambatan.[69]
Dalam bukunya “Anak Unggul Berotak Prima” disebutkan bahwa pada dasarnya faktor yang mempengaruhi terhadap kecerdasan dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
1.      Faktor dalam (genetik/keturunan);  merupakan faktor bawaan yang sulit untuk dirubah.
2.      Faktor luar (lingkungan); berpotensi untuk dikembangkan untuk merangsang kecerdasan. Salah satu faktor luar yang berpengaruh terhadap kecerdasan adalah pola makan (menu makan), pola makan sangat berpengaruh terhadap kecerdasan, karena sel jaringan pembentuk dan pendukung kecerdasan dibentuk dari makanan karena itu diperlukan adanya perencanaan dan konsumsi gizi yang baik untuk anak-anak terutama sejak masih dalam kandungan.[70]
Hubungan faktor dalam (hereditas) dan faktor luar  (lingkungan) adalah saling mempengaruhi, individu yang memiliki kecerdasan yang tinggi tidak akan dapat berkembang sampai semaksimal mungkin bila lingkungannya tidak menguntungkan, sehingga ia menjadi anak yang kurang cerdas. Sebaliknya, jika lingkungan yang menguntungkan bagi perkembangan intelegensi tidak akan dapat membentuk seseorang menjadi cerdas, apabila faktor potensi dasar kecerdasan anak memang rendah. Misalnya, anak ideot tidak akan menjadi normal walaupun lingkungan mendukung perkembangan kecerdasan anak.[71]
           






BAB IV

MENDIDIK ANAK SUPERNORMAL

DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

A. Mendidik Anak Supernormal

      Seperti yang sudah dijelaskan di bab sebelumnya, bahwa kemampuan anak super berbeda dengan anak normal biasa; Perkembangan fisik, psikis dan bahasa lebih pesat, mempunyai prestasi yang tinggi baik di sekolah maupun di luar sekolah dan tidak pernah mendapat kesulitan dari pelajarannya. Karena keistimewaannya tersebut penting bagi pendidik untuk memelihara, menjaga bahkan mengembangkannya.
        Orang tua  tidak boleh  meremehkan dan mengabaikan anaknya yang jenius/super. Karena sikap meremehkan dan mengabaikan sungguh tidak baik. Karena dengan begitu ada kemungkinan untuk melakukan pemunahan-pemunahan perbuatan mubazir, lebih dari itu dengan mengabaikan dan meremehkan, berarti merusak anak-anak yang mempunyai kecerdasan istimewa. Selama orang tua masih memiliki sikap sepereti itu berarti tidak memberi kesempatan kepada anak untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi yang dapat dijangkau anak, juga menghambat mereka dari kehidupan bahagia dan produktif.[72] Oleh karena itu untuk menghindari perbuatan mubazir dan pemunahan keistimewaan orang tua harus mendidik, memelihara keistimewaan dan keunggulan jenius serta menjaganya.
        Dalam memelihara dan mendidik orang tua harus menyiapkan bagi mereka keadaan dan fasilitas yang membantu serta mendorongnya dalam mengembangkan kepribadiannya di berbagai segi.[73]
      Orang tua dapat mendidik anaknya dirumah, karena bagi seorang jenius rumah merupakan jantungnya pembelajaran, orang tua bisa menciptakan rumah super yaitu rumah yang penuh kegembiraan dan diterapkannya proses belajar-mengajar secara informal tapi menyenangkan, caranya :
  1. Sediakan fasilitas yang menyenangkan seperti buku-buku, mainan, pensil, kertas, crayon, cat, tanah liat, kaset video dan kaset audio. Benda-benda ini sangat penting bagi seorang jenius yang sedang berkembang, karena akan membantu penjelajahannya.[74]
Pensil berwarna, cat dan beberapa lembar kertas akan membawa hasil yang besar, karena anak mungkin menggunakan waktu berjam-jam lamanya untuk membuat ungkapan yang menyenangkan, dan mainan yang tidak memerlukan banyak biaya seperti sebuah kotak kayu kosong, sebuah palu (martil) dan sejumlah paku, mungkin alat yang sederhana ini dapat membuka banyak pintu dan kegiatan pikiran dan tangan.[75]
Sedapat mungkin orang tua juga menyediakan buku-buku referensi sebagai informasi. Buku-buku hendaknya disimpan ditempat yang mudah dijangkau, sehingga anak akan mudah membaca dan mencari informasi yang dibutuhkan. Buku-buku referensi itu misalnya; kamus, ensiklopedi, atlas dan buku almanak. Buku-buku ini merupakan referensi yanga harus adan dalam kolegsi perpustakaan seorang jenius.[76] Orang tua dapat menyewakan buku-buku tersebuut di perpustakaan apabila tidak mungkin membeli.
2.      Perbanyak pujian, orang tua juga harus menciptakan suasana gembira dan penuh antusias yang dibutuhkan, karena jenius kecil membutuhkan pujian yang terus menerus. Pujian merupakan komoditas yang relatif murah dan hanya membutuhkan sedikit upaya dari orang tua.[77]
Artinya hanya dengan senyuman, anggukan kepala, elusan lembut di kepala atau puji-pujian merupakan suatu yang membutuhkan sedikit usaha orang tua, tetapi sangat berarti untuk anak karena menunjukkan sang anak berhasil. Pujian mendorong anak untuk berusaha lebih keras dan semangat. Anak akan merasa senang karena pujian, sebuah kata pujian akan membuat anak merasa lebih berarti dan mungkin saat ini akan tidak sabar untuk belajar lebih banyak.
3.      Kegembiraan dalam berbagi, ada perasaan yang besar dalam berberbagi; membagi waktu dan membagi diri, apabila orang tua membagi diri dengan anak maka akan terlibat dalam bernagai kegiatan.[78]
Menurut sutratinah Tirtonegoro, ada beberapa upaya yang harus dilakukan orang tua untuk anaknya yang supernormal yaitu :
1.      Menciptakan lingkungan rumah atau keluarga yang serasi, selaras dan seimbang dengan diri anak supernormal.
2.      Menyiapkan sarana lingkungan fisik-alam-sosial yang memungkinkan anak dapat mengembangkan kemampuannya yaitu dengan :
-          Mencarikan teman yang dapat mengembangkan intelektual dan sikap sosialnya.
-          Menyediakan perpustakaan kecil di rumah sebagai penunjang kurikulum di sekolah sekaligus untuk bahan pengayaan.
-          Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan anak; tempat belajar yang baik, kesempatan-kesempatan untuk melakukan percobaan, menyediakan bahan disamping bantuan moral yang berupa dorongan, pengertian dan bimbingan.
-          Orang tua harus memperingatkan dengan halus, diberi keterangan yang masuk akal sehingga penjelasan itu dapat diterima anak dengan penuh pengertian, dan jika akan melarang sesuatu harus dengan alasan yang tepat dan logis.[79]
Dalam bukunya Ali Sulaiman yang berjudul “ Anak Berbakat Bagaimana Cara Mengetahui Dan Membinanya” dijelaskan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan orang tua dalam mendidik anaknya yang superior :
1.      Orang tua harus memandang anak dan memperlakukannya dengan segala perasaan pikiran dan tindakan yang dimilikinya serta menganggapnya sebagai dunia yang terkait denganny bukan bagian yang terpisah.
2.      Orang tua jangan hanya memberikan penghargaan kepada anak karena kemampuan intelektualnya dan prestasi belajarnya, tetapi juga harus memperhatikan sifat-sifat anak lainnya yang dapat membantu untuk dapat mengembangkan kemampuannya.
3.      Orang tua harus memotivasi anak agar terus-menerus bekerja dan meneliti meskipun kadang-kadang gagal, orang tua hendaknnya tidak berpandangan bahwa semua usahanya harus berhasil.
4.      Orang tua harus menjadi teladan yang baik dan contoh ideal dalam hal memberi perhatian, kerjasama dan partisipasi aktif supaya anak dapat mempelajari pola-pola perilaku.[80]
Di samping itu orang tua juga dapat menggunakan metode yang tepat untuk meningkatkan proses pembelajaran super, yaitu metode yang dapat menimbulkan rangsangan dan kegiatan belajar aktif, yaitu cara :
1.      Mengembangkan identitas, misalnya dengan  memperkenalkan anak pada orang-orang ternama yang lahir pada tanggal dan bulan yang sama dan anjurkan membaca kisah kehidupan mereka. Dunia ajaib seorang jenius akan terbuka baginya untuk memberinya identitas diri yang indah.
2.      Permainan, misalnya permaianan kata, permainan kata bisa sangat menyenangkan; carikan kata-kata yang sulit diucapkan , kalimat-kalimat yang kata-katanya hampir sama, dan sajak yang diucapkan dengan cepat dan biarkan anak mencoba mengucapkan tiga kali tanpa membuat kesalahan.
3.      Melihat-lihat perpustakaan
4.      Berjalan-jalan di alam terbuka
5.      Membuat dan mengajukan pertanyaan.[81]
Apabila orang tua ingin anaknya yang super sukses, maka orang tua perlu mendorong anaknya dengan motivasi positif. Karena motivasi positif dapat membuat percaya pada potensi yang dimiliki dan menghalalkan keraguan. Para ilmuan semakin mencerahkan dunia dengan temuan-temuan mereka itu merupakan hasil dari motivasi yang sangat dalam. Misalnya, motivasi Thomas Alva Edison membuat puluhan ribu kegagalan, sampai akhirnya dia menemukan lampu listrik yang membawa era listrik ke dalam kehidupan.[82]
Ada enam mantra untuk meningkatkan motivasi alami anak yaitu :
1.      Ciptakan Suasana belajar yang menarik dan sehat dalam rumah.
2.      Jaga dan isi pikiran anda dan pikiran anak dengan tujuan-tujuan yang positif.
3.      Bergaullah dengan orang-orang yang menghembuskan dan mengilhami motivasi dan tindakan-tindakan positif anak, jangan terpengaruh oleh orang-orang yang suka melecehkan atau orang yang berfikiran negatif.
4.      Membangun sugesti atau berbicara kepada diri sendiri secara positif merupakan cara yang paling baik untuk memicu motivasi.
5.      Jangan menjajah otak anak, doronglah dia agar selalu membangun kemandirian yang kreatif.
6.      Perkenalkan anak pada dunia orang-orang yang ternama; para penemu, orang arif-bijaksana dan para negarawan.[83]
Sebagaimana uraian di depan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kecerdasan adalah makanan yang bergizi. Makanan yang bergizi merupakan penunjang fungsi otak dari luar. Otak merupakan tempat bersemayamnya kejeniusan dan untuk mengoptimalkannya orang tua harus memberi makan otaknya dengan makanan yang sehat dan bergizi.
Kecukupan gizi merupakan prasyarat yang penting dalam perkembangan anak termasuk didalamnya perkembangan otak, zat gizi terdiri atas zat makro seperti; protein, karbohidrat, dan lemak. Dan zat mikro seperti; vitamin, mineral tertentu seperti yodium, zat besi, seng (zinc), fosfor, belerang serta obat-obatan dan antidioksidan.[84]
Lemak dan minyak juga merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting bagi pertumbuhan otak, namun tidak semua jenis lemak dan minyak berperan dalam pembentukan otak. Kelebihan dan kekurangan dan kesalahan dalam mengkonsumsi lemak dan minyak dapat menyebabkan penyakit. Jenis asam esensial yang terpenting adalah asam lemak omega-3 dan omega-6. secara kimia otak manusia merupakan organ yang banyak mengandung suatu lapisan tipis (membran) lemak. Agar membran berfungsi dengan tepat diperlukan asam lemak omega-3 dan omega 6. asan lemak omega-3 dan omega-6 yang juga terdapat di ASI mempunyai peranan penting dalam peningkatan kecerdasan anak.[85] Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk memberikan anaknya makanan yang bergizi agar kecerdasan anak tetap terjaga.
Dari uraian di atas menjelaskan betapa penting dan besarnya peranan orang tua  dalam pemberian dorongan dan memenuhi segala kebutuhan. Semua itu akan memberinya perasaan bahwa dia hidup di dunia yang menyenangkan diantara orang-orang yang memahami dan menghargainya.
Untuk mengembangkan dan mengoptimalkan kecerdasan dan kemampuannya, hendaklah orang tua menyekolahkan anaknya sedini mungkin, sekolah mempunyai urgensi khusus dalam hal ini, karena sekolah dapat banyak memberikan kesempatan bagi anak-anak yang tidak diberikan orang tuanya. Agar anak mempunyai keseimbangan maka orang tua harus memilihkan sekolah yang tepat, yang bukan memandulkan kecerdasannya.
Adalah suatu kenyataan bahwa orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya apabila anak telah masuk sekolah, orang tua adalah mitra kerja yang utama bagi guru anaknya. Bahkan sebagai orang tua mereka mempunyai peranan penting yaitu oarng tua sebagai pelajar, relawan, pembuat keputusan, anggota kerjasama guru-guru, dalam peran tersebut memungkinkan orang tua membantu meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan anak-anak mereka.[86]
Orang tua dapat melibatkan diri dalam pengembangan pelayanan pendidikan anaknya, dengan cara :
1.      Bekerjasama dengan guru sejak pra sekolah
2.      Ikut menyusun konsep program pendidikan bagi anak super untuk menampung minat kebutuhan dan potensi yang dimiliki.[87]
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan orang tua untuk memperoleh hasil kerjasama yang baik :
1.      Bersikap tenang, pikirkan dan putuskan pertanyaan apa yang akan diajukan kemudian tuliskan.
2.      Telepon guru anak dan dengan hormat mintalah waktu untuk bertemu. Nada suara harus ramah dan kooperatif.
3.      Apabila berhasil menemui guru, jelaskan dengan tenang hal-hal yang mengganggu pikiram, mungkin guru memiliki informasi yang tidak orang tua katahui, orang tua dan guru bisa mulai bekerjasama untuk meringankan dan memecahkan masalah yang dihadapi anak.
4.      Orang tua harus menjawab pertanyaan dengan jujur dan selengkap mungkin. Semakin banyak pendapat semakin efektif tindakan guru dalam mengatasi masalah.
5.      Tanyakan harapan-harapan guru yang terkait dengan perilaku di dalam kelas, pekerjaan rumah dan keterlibatan orang tua. Tanyakan pendapat guru tentang langkah-langkah yang perlu diterapkan di rumah.
6.      Ikuti saran-saran yang diberikan guru. Guru mungkin bisa memberi saran-sarannya yang bisa dilakukan di rumah berdasarkan pengalaman.[88]
Demikianlah beberapa upaya yang dapat dilakukan orang tua dalam mendidik anaknya yang super, usaha-usaha seperti ini akan membawa kebahagiaan anak dalam menghindarkan pemborosan kemampuan anak, yang dibutuhkan hanyalah sedikit inisiatif dan setumpuk minat.
Berikut ini akan penulis contohkan peranserta orang tua terhadap anaknya yang super (jenius) :
Anak jenius keluarga Abyoto mempunyai dua orang putra yang tergolong jenius bernama :
1.      R. Wahyu Purnawan (13 tahun) siswa SMA Teruna Jaya Jl. Kramat II / 80 A Jakarta. Meiliki IQ 150 (jenius). SD diselesaikan dalam waktu 3 tahun, SMP diselesaikan dalam waktu 2 tahun dan SMA diselesaikan dalam waktu 2 tahun, ia juga memiliki ijazah Nasional Bahasa Inggris dan Jerman.
2.      R. Kun Wardhana (11 tahun). Siswa SMA Terunajaya Jl. Kramat II / 80 A Jakarta, memiliki IQ 152 (jenius). SD diselesaikan selama 2 tahun, SMP diselesaikan dalam waktu 2 tahun, SMA hanya diselesaikan selama 1 tahun. Ia juga memiliki ijazah Nasional Bahasa Inggris dan Jerman serta mengetik.
Kedua kakak beradik tersebut jelas menunjukkan anak supernormal yang tergolong jenius, maka atas izin dispensasi dari departeman P dan K, keduanya dapat mengikuti EBTA tingkat SLTA di SMA Nageri III Jl. Setia Budi Jakarta.
        Peranserta orang tua Wahyu Purnawan dan Kun Wardhana :
Ibu Abyoto adalah seorang guru pernah mengajar di SMP Santa Ursula Jakarta. Demi kepentingan pendididkan anak-anaknya, ia rela melepaskan pekerjaannya itu agar selalu dekat dengan mereka setiap hari. Kemajuan belajar anak-anaknya tidak lepas dari bantuan dan perhatian dari guru-guru dan sekolahnya, tetapi tidak kurang pentingnya adanya perhatian dari orang tua. Kedua orang tuanya berperan dalam pendidikannya lewat :
1.      Perhatian waktu belajar. Bapak Abyoto tidak pernah memaksakan anak-anaknya untuk belajar, karena sejak kecil belajar sudah merupakan kebiasaan yang dibentuk sejak kecil di tengah-tengah keluarga.
2.      Kepada anak-anaknya selalu diberikan fasilitas untuk belajar secukupnya namun selalu dibiasakan juga untuk hidup sederhana.
3.      Ibu Abyoto sangat memperhatikan menu makanan, ini berkaitan juga dengan kemajuan belajar anak yang membutuhkan gizi untuk kesehatan jasmaninya.
4.      Adanya rekreasi yang teratur, akan menambah gairah hidup, menjernihkan pikiran dari kelelahan sehari-hari.
5.      Tidak boleh diabaikan pula adanya kehangatan keluarga yang mencipatakan rasa aman dan tentram dalam kebahagiaan.[89]




B. Pendidikan Anak Supernormal dalam Pandangan Pendidikan Islam
       Allah mengaruniakan alat indera dan akal kepada manusia agar digunakan dengan sebaik-baiknya karena semuanya ini akan dimintai pertanggung jawabnya.sebagaimana firman Allah SWT QS. Al-Israa : 36 yang berbunyi :
000 ان السمع والبصر و الفؤ ا د كل ا تئك كا ن عنه مسئو لا
artinya : “… Sesungguhnya penglihatan dan pendengaran serta hati semua itu akan dimintai pertanggung jawabnya.”[90]
       Ayat di atas  memberi isyarat kepada manusia bahwa semua alat indera lahir dan batin yang dinamakan akal perlu didayagunakan sebaik mungkin, yaitu untuk memperhatikan mahluk Allah di alam. Dengan akal tersebut al-qur’an mengajak manusia untuk berfikir ilmiah, memperhatikan dan mengusahakan untuk sampai ke hukum alam yang berlaku terhadap benda, dan memungkinkan untuk diraba dan bersifat badani, dan memulai penciptaan, artinya bahwa akal tidak hanya dituntut untuk menguasai kekuatan benda-benda akan tetapi juga memperhatikan apa yang ada di balik benda-benda tersebut. dengan sendirinya manusia bertanggung jawab penuh pada Allah.[91]
       Dari ayat di atas secara tidak langsung Islam memerintahkan kepada manusia yang mempunyai akal hebat untuk selalu memperhatikan dan mengadakan penelitian terhadap benda-benda yang ada di alam. Dalam hal ini orang tua penanggung jawab utama terhadap penggunaan akal anak-anaknya, untuk itu harus senantiasa menjaga dan mengarahkan potensi anaknya pada kebaikan.
       Islam juga memberi petunjuk kepada orang tua agar dalam mendidik selalu memperhatikan tingkat kemampuan anak, seperti dalam hadist Rosul yang berbunyi :
ا مر ت ان اخا طب النا س على قد ر عقو لهم ( روه مسلم )
“Saya disuruh berbicara kepada orang-orang sesuai dengan kemampuan intelektual mereka.“(HR.Muslim)[92]
       Hadist di atas menjelaskan bahwa orang tua/ pendidik dalam melaksanakan tugas harus menyesuaikan daya pikir anak sehingga akan terarah pada kemampuannya dan anak dapat terus berkembang.[93]
Dari ayat dan hadist di atas menunjukkan bahwa Islam sangat mendorong pendidikan intelektual dan membebani tanggung jawab pendidik khususnya orang tua terhadap kemampuan anak, termasuk juga anak yang tergolong supernormal.
Anak Supernormal memiliki kelebihan yang luar biasa sehingga mendidiknyapun berbeda dengan anak normal biasa. Kelebihan anak supernormal antara lain memiliki kekuatan untuk mengingat dan manghapal. Dalam pendidikan Islam hal yang paling utama yang perlu diajarkan adalah menghapal ayat-ayat suci al-quran, karena keutamaannya sangat besar, yang digambarkan dalam hadist Nabi SAW berbunyi :
من قر أ الق ا ن و تعلمه و عمل به ألبس يو م القيا مة تا جا ون نو ر ضو ؤ ه مثل ضو ء الشمس ويكسى والد يه حلتا ن لا يقو م بهما الد نيا  فيقو لا ن نما كسينا هدا   فيقا ل يأ خد و لد كما القرآ ن . ( روه الحا كم )
“Siapa yang membaca Al-Quran dan mempelajarinya, lalu mengamalkannya, maka pada hari kiamat akan dikenakan padanya mahkota yang terbuat dari cahaya, yang sinarnya seperti sinar matahari, sedankan pada kedua orang tuanya akan dikenakan dua potong pakaian yang tiada dapat disanggah oleh dunia. Lalu keduanya bertanya, Mengapa Kami diberi pekaian ini lalu dijawab, “ karena anakmu belajar Al-Quran.” ( HR. Al-Hakim.)[94]
Untuk mengajarkan Al-quran pada anak orang tua dapat memasukkan anaknya ke dalam kelompok penghapal Al-quran, orang tua dapat mendaftarkan anaknya pada seorang ustadz yang sudah dikenal bagus hapalannya dan kesalehan ahlaknya.
Disamping menghapal Al-quran, sebaiknya diajarkan pula untuk menghapal hadist Nabi SAW dari kitab shahih, seperti shahih muslim dan shahih bukhari. Pilihkan hadist yang ungkapannya sederhana dan mudah ditangkap maknanya dan bermanfaat bagi kehidupan anak-anak. Seperti kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya dan hadist-hadist yang berkaitan dengan ahlak dan etika.[95]
Dalam pendidikan Islam anak juga dianjurkan untuk menghapal peribahasa yang mengandung hikmah dan kebenaran. Hapalan ini akan membantu anak memahami ayat dan hadist yang didalamnya banyak sekali ungkapan yang mengandung peribahasa. Ibnu Jauzi mengatakan bahwa di dalam Al-quran terdapat 43 peribahasa. Diantara contoh peribahasa itu adalah:” apa yang kau tanam, akan kau tunaikan jua, waspadalah akan kejahatan orang yang kamu berbuat baik kepadanya; barang siapa yang tidak mengetahui suatu perkara, maka ia aka mengulanginya.” Orang tua hendaknya menjelaskan maksud peribahasa itu sesuai dengan tingkat pemahaman anak.[96]
Untuk memenuhi keinginan dalam bidang penemuan-penemuan baru orang tua dapat menyediakan perpustakan di rumah, pilih salah satu ruang yang dapat dijangkau oleh anak, perpustakaan itu dapat berisi ensiklpedi ilmiah atau majalah ilmiah. Dan sebaiknya orang tua perlu memperhatikan isinya jangan sampai anak termakan propaganda sekularisasi yang biasanya termuat dalam metode ilmiah barat hal ini bisa berupa terjemahan dari buku-buku yang berasal dari barat.[97]
Orang tua juga harus mendorong anaknya untuk terus meneliti, dengan mengarahkan perhatian anak pada alam raya; memberi tahu tentang kebaikan dan keindahan yang ada pada mahluk Allah dengan cara membiasakan anak untuk memperhatikan semua ciptaan Allah yang ada di alam; dan mengadakan penelitian. Orang tua dapat menyediakan alat untuk meneliti misalnya dengan mikroskop, teleskop dan sebagainya. Dalam hal ini Allah memerintahkan pada manusia untuk selalu memikirkan nikmat-nikmat-Nya dan apa yang telah Dia ciptakan, baik di langit maupun di bumi.[98] Dalam QS. Yunus :101 berbunyi:
قل ا نظروا ما دا فى السموا ت والأرض
“Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi.”[99]
Lingkungan sangat berperan pada perkembangan anak supernormal, oleh karena itu orang tua harus mengupayakan agar anaknya dapat bersosialisasi dengan lingkungan. Salah satunya yaitu orang tua perlu mencarikan teman yang mempunyai kecerdasan sehingga anak dapat menyalurkan kemampuannya.
       Dalam pendidikan Islam mencarikan teman buat anaknya bukan hanya yang mempunyai IQ tinggi/cerdas tetapi juga yang baik moralnya dan kuat akidahnya, karena seorang teman mempunyai pengaruh yang besar. Ini tergambar dalam sabda Rosulullah SAW :
اا لمر ء على د ين خليله فلينطر احد كم من يخا لل ( روه التر مد ي ) 
“Seseorang itu berdasarkan agama temannya, oleh karena itu perhatikanlah kepada siapa ia berteman.”[100]
Selain upaya-upaya di atas anak perlu diberi dorangan motivasi karena motivasi membuat percaya pada potensi yang dimiliki. (seperti yang telah dijelaskan di atas. )
Kedudukan motivasi dalam teori pendidikan disebutkan bahwa motivasi berkaitan dengan fungsi psikis, menyangkut kejiwaan manusia. Dalam kaitan ini ajaran Islam menyatakan bahwa disamping unsur fisik manusia juga dilengkapi dengan unsur psikis/jiwa yang menjadi penggerak tingkah raga seseorang dalam wujud motivasi untuk mengerjakan perbuatan tertentu.[101] Adapun firman Allah yang menjadi sumber motivasi adalah QS. Al-Zalzalah ayat  7-8.
 فمن يعمل مثقال ذرة خيرا يره (7) فمن يعمل مثقال ذرة شرا يره (8).
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya”. (7).
“Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat balasannya pula”. (8). [102]
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa kecerdasan berhubungan dengan akal dan otak, dimana keduanya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya mengenai makanan (gizi). Dalam pendidikan Islam selain makanan yang bergizi/baik juga mementingkan makanan yang halal,sebagaimana firman Allah QS An-Nahl: 114
فكلوا مما رزقكم الله حللا طيبا  ...               
artinya : “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu..”[103]
oleh karena itu meskipun bergizi/baik  tetapi tidak halal maka tidak diperbolehkan/diharamkan. Karena makanan dan minuman yang dimakan manusia mempunyai pengaruh terhadap jasmani dan rohani untuk itu orang tua agar melarang anak terlalu kenyang karena menimbulkan pengaruh yang kurang baik dalam diri anak.[104]
Masa perkembangan anak baik jasmani, akal dan mental sangat membutuhkan gizi makanan yang baik. Syari’at Islam menyarankan agar umatnya mengkonsumsi berbagai zat makanan yang bergizi yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia.[105]
Menurut Nasih Ulwan Agar ilmu pengetahuan, pemikiran dan otak yang dimiliki anak semakin matang, orang tua harus menyediakan sarana-sarana budaya yang bermanfaat dan bervariasi antara lain :
1.      Mendirikan perpustakaan khusus buat anak yang berisikan buku-buku pemikiran umum yang sesuai dengan akal dan tingkat pemahaman anak-anak yang  menampilkan Islam dari berbagai segi, dan buku-buku yang menolak kesamaran peraturan Islam yang dipengaruhi oleh musuh-musuh Islam, buku-buku ilmiah sejarah Islam, sastra, kedokteran yang sesuai dengan pemahaman, persepsi dan usia anak. Dan majalah-majalah pengetahuan yang berorientasi Islam dan pembahasan ilmiah, tidak menyimpang dari Islam, menggunakan slide untuk memperluas wawasan pandangan dan pengetahuan. Menggunakan slide flim yang berhubungan dengan hakekat ilmu pengetahuan, kejayaan sejarah Islam masa lalu, dan pengarahan-pengarahan pendidikan,adalah akan menambah semangat anak jika melihat dengan mata kepala sendiri.
2.      Sesekali mengunjungi museum; kunjungan ke museum akan membuka cakrawala baru anak berupa pengetahuan, kebudayaan dan sejarah.
3.      Mengunjungi perpustakaan umum, baik klasik maupun modern, untuk membiasakan anak berani karena benar dan akrab dengan gudang ilmu dan budaya juga untuk mengenalkan peninggalan umat Islam di bidang pemikiran dan ilm untuk menguak pandangan dunia Islam mengenai alam, kehidupan, dan manusia. Dan untuk membuka wawasan baru tentang kebangkitan budaya yang pernah diraih umat Islam beberapa abad silam.
4.      Menanamkan kerinduan untuk terus mengkaji, beranjak dari syair yang ditinggikan Islam dan Al-Quran surat Az-Zumar : 9
هل يستوى الذين يعلمون والذين لا يعلمون
“apakah sama seorang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu.”[106] Dan berangkat dari perasaan bertanggung jawab terhadap pelestarian pemikiran yanng diamanatkan Islam di pundak para orang tua dan pendidik, harus menanamkan sejak dini bahwa Islam adalah agama dan negara.[107]
Menurut H. Khairiyah Thaha MA dalam bukunya “Konsep Ibu Teladan” menyebutkan bahwa agar pendidikan intelektual dapat mencapai hasil optimal ada sejumlah cara dan metode yang  bisa ditempuh antara lain :
1.      Orang tua hendaknya menumbuhkan kesadaran untuk mendengar dan mengingatkan hal-hal yang positif pada diri anak, dengan cara menyampaikan seluk beluk ajaran Islam secara bertahap.
2.      Menyediakan perpustakaan mini di kamar anak yang terdiri dari buku-buku tentang kisah para nabi dan Rosul, para sahabat dan buku-buku pengetahuan yang bermanfaat bagi masa depan anak sesuai dengan tuntutan usia, perkembangan serta kemampuannya.
3.      Mencarikan teman sepergaulan yang memiliki kecerdasan dan keunggulan ilmiah yang memadai sehingga bisa mempengaruhi dalam berfikir dan berperilaku ilmiah.[108]
Demikianlah beberapa upaya yang dapat dilakukan orang tua dalam mendidik dan memelihara anaknya yang supernormal yang diambil dari pendapat para ahli dan diperkuat dengan al-quran dan hadist.
      Berikut ini akan penulis contohkan anak supernormal dari Islam :
Abbdullah Ibnu Abbas ( seorang ahli tafsir dan ahli Fiqh.) Ia seorang yang cerdas pada masa kecil, ini dilihat dari pikirannya yang lebih dewasa dari pada umurnya, dan pengetahunnya lebih luas dari pada usianya, semua ayat al-quran yang telah Ia dengar, Ia hafal di luar kepala dan semua hadist Rasulullah yang ia dengan, Ia mengerti dan Ia pahami benar-benar. Abdullah sering juga bergaul dengan orang-ornga tua untuk mendengarkan kisah-kisah tentang “peristiwa-peristiwa Arab” dari mereka. Oleh karena itu pada usia delapan belas tahun Ia telah menjadi seorang pemuda yang luas ilmu pengetahunnya sehingga orang-orang sering datang ke rumahnya untuk bertanya tentang ta’wil ayat-ayat al-quran, hadist rasulullah SAW atau masalah yang berhubungan dengan fiqh, bahasa dan peristiwa-peristiwa Arab.[109]
Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa anak supernormal sudah ada sejak zaman Rasulullah.






[1] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1992) hal. 74
[2] Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed.2, (Jakarta: Balai Pustaka,1995 ) hal. 232
[3] Wasti Soemanto, Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pimpinan Pendidikan,( Jakarta: Rineka Cipta, 1998 ) hal 176
[4] Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, (Jakarta: Bina Aksara, 1984) hal. 25
[5] Ibid., hal. 3
[6] Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan bahasa, Depdikbud, Op Cit., hal. 760
[7] Abu Tauhied, Beberapa Aspek Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Sekretaris Ketua Jurusan Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, 1990) hal.13
[8] Ma’ruf Zurayk, Aku dan Anakku Bimbingan Praktis Mendidik Anak Menuju Remaja, (Bandung: Al-Bayan, 1998) hal.76
[9] Sutratinah Tirtonegoro, Op Cit Hal.14
[10] Al-Khafiz Abi Abdillah Muh Bin Yazid Sunan Ibnu Majjah, (Beirut : Dar Al-Fikr tth ,) hal. 391
[11] Depag, Al-Quran dan Terjemahannya, (Surabaya: Surya Gipta Aksara, 1993) hal. 957
[12] Khairiyah Husain Thaha, MA, Konsep Ibu Teladan ( Surabaya: Risalah Gusti, 1992) Hal. 71-72
[13] Fuaduddin TM, Pengasuhan Anak Dalam Keluarga Islam, ( Jakarta: Kerjasama Lembaga Kajian Agama Dan Jender Dengan Solidaritas Perempuan Dan The Asia Foundation, 1999 ) hal. 16
[14] M. Nipan Abdul Halim, Anak Sholeh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta : Mitra Pustaka, tahun 2000 ) hal. 46
[15] Fuaduddin TM, Op Cit., hal. 19-20
[16] Mukhtar Yahya, Pertumbuhan Akal dan Memanfaatkan Naluri Kanak-kanak, (Jakarta : Bulan Bintang, 1970 ) hal. 34
[17] Suhartin Cirtoroto, Serba-Serbi Pendidikan, (Jakarta, Karya Aksara, 1983) hal.5
[18] Sutratinah Tirtonegoro Op Cit., hal. 30-31
[19] Sakuntala Devi, Bangunkan Kejeniusan Anak Anda, ( Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia: 2002 ) hal.89-94
[20] Sutratinah Tirtonegoro, Op Cit., hal. 131
[21] Sakuntala Devi, Op Cit., hal. 186-188
[22] Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam, Kaidah-Kaidah Dasar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1992) hal. 402-406
[23] Ali Sulaiman, Anak berbakat Bagaimana Cara Mengetahui dan Membinanya, (Jakarta:Gema Insani, 2001) hal. 38
[24] Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar (Bandung Tarsito: 1985) hal.139
[25] Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah  (Dasar, Metode, Teknik), (Bandung: Tarsito, 1990) hal. 139-140
[26] Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Gajah Mada University, 1975) hal.3
[27] Ibid., hal.16
[28]Abu Tauhid dan Mangun Budianto,beberapa Aspek Pendidikan Islam, (yogyakarta : Sekretaris Ketua Jurusan Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Kalijaga, 1990) hal.8
[29] Ibid., Hal. 9
[30] Ibid., hal.11-12
[31] H.M Arifin, Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991) hal. 41
[32] Athiyah Al-abrasy, Dasar Pokok Pendidikan Islam, alih bahasa, Prof. H. Bustami, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970) hal. 165
[33] Muhammad Fadhil Al-Jamaly, Filsafat Pendidikan Dalam Al-Qur’an, (Surabaya: Bina Ilmu 1986) hal. 3
[34] Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung : Trigenda Karya, 1993 ) Hal. 144
[35] Zakiah darajat, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 1992) hal. 19
[36] Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran TentangPendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1995) hal.35
[37] Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: PustakaAl-husna, 1988) hal. 9-12
[38] H.M Arifin Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1993 ) hal. 133
[39] Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam (Jakarta : Firdaus, 1989 ) Hal. 25
[40] Ibid., hal. 130-133
[41] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,1992) hal. 74-75
[42] Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995) hal. 79.
[43] Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum Dan Perkembangan, ( Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993) hal. 111
[44] Samsu Yusuf, Psikologi Perkembanngan Anak Dan Remaja, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002) hal. 106
[45] Ibid
[46] Saifudin Azwar, Pengantar Psikologi Intelegensi, (Yogyakarta: Pustaka Utama, 2002) hal. 5
[47] Ibid Hal., 7
[48] S.C. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah; Petunjuk Guru dan Orang Tua,( Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1992) hal. 19
[49] Alisuf sabri, Op Cit., Hal. 111
[50] Irwanto Dkk. Psikologi Umum, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1977) hal. 171
[51]   Alisuf Sabri, Op Cit., Hal.113
[52] Saifudin Azwar. Op Cit., Hal. 52
[53] Ibid., Hal. 53
[54] Ibid
[55] Sakuntala Devi, Bangunkan Kejeniusan Anak Anda, ( Bandung, Yayasan Nuansa Cendekia, 2002) hal. 235
[56] Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989 ) hal. 359
[57] Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal Dan Program Pendidikannya, (Jakarta : Bina Aksara, 1984) hal. 31-32
[58] Joan Freeman, Utami Munandar, Cerdas Dan Cemerlang, ( Jakarta, Pustaka, 2001) hal. 7
[59] Ibid., hal. 33
[60] Samsu Yusuf, Op Cit., hal. 112
[61] Sutratinah Tirtonegoro, Loc Cit., hal 33
[62] Samsu Yusuf Loc Cit.,
[63] Sutratinah  Tirtonegoro, Op cit., hal. 34
[64] S.C Utami Munandar, OpCit., hal. 33-34
[65] Alisuf Sabri, Op Cit., hal.
[66] Sutratinah Tirtonegoro Op Cit., hal. 41
[67] Ibid.,  hal.42
[68] Ibid., hal. 42-43
[69] Ibid., hal.20-21
[70] Toni Setia Budi,, Hardywioto, SKM    (ed) , Anak Unggul Berotak Prima, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002) hal. 154
[71] Sutratinah Tirtonegoro Op Cit., hal. 22
[72] Sadik  Samaan, Zakiah Darajat, Anak –Anak Yang Cemerlang, (Jakarta : Bulan Bintang, 1980 ) hal. 18
[73] Ibid.,  hal. 71
[74] Sakuntala Devi, Bangunkan Kejeniusan anak Anda, (Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia, 2002 ) hal. 89
[75] Sadik Samaan, Zakiah Darajat, Op Cit., Hal. 72
[76] Sakuntala Devi, Op Ci.,t  hal. 105-106
[77] Ibid., Hal. 93
[78] Ibid ., Hal. 94
[79] Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal Dan Program Pendidikannya, (Jakarta: Bina Aksara, 1984 ) Hal. 131-132
[80] Ali Sulaiman, Anak Berbakat Bagaimana Cara Mengetahui Dan Membinanya, (Jakarta: Gema Insani, 2001) hal. 37
[81] Sakuntala Devi Op Cit., hal 186-188
[82] Ibid., hal. 171
[83] Ibid., hal. 172
[84] Toni Setiabudhi, Hardywioto, SKM. (ed ) Anak Unggul Berotak Prima, (Jakarta: Pustaka Utama,2002) Hal. 133
[85] Ibid Hal. 138
[86] Soemantri Patmono Dewo, Pendidik Anak Pra Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000) hal 123
[87] Sutratinah Tirtonegoro Loc Cit., hal. 131
[88] Sakuntala Devi Op Cit., hal. 239-240
[89] Sutratinah Tirtonegoro  Op Cit., hal. 132-134
[90] Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Surabaya: Surya Cipta Aksara, 1993) hal. 429
[91] Dzakiah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, (Jakarta:Ruhama, 1995) hal 7
[92] Syahminan Zaini, Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 1986) hal. 118
[93] M Athiyah Al-Abrasi, Beberapa Pemikiran Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Titian Illahi Perss,1996) hal.84
[94] Adnan Hasan Shalih Baharits, Tanggung Jawag Ayah Terhadap Anak Laki-Laki, (Jakarta: Gema Insani, 1996) hal. 278
[95] Ibid., hal. 280
[96] Ibid., hal. 280
[97] Ibid., Hal. 283-284
[98] Ibid., hal. 305-306
[99] Departemen Agama, Op Cit., hal. 322
[100] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,1992) hal. 174
[101] Imam Bamawi, Segi-Segi Pendidikan Islam, (Surabaya:Al-Ikhlas, 1987) hal.125
[102] Departemen Agama, Op Cit., hal.1087
[103] Ibid., hal 419
[104] Adnan Hasan shalih, Op Cit., hal 319
[105] Asnely Ilyas, Mendambakan Anak Shaleh, Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Dalam Islam, (Bandung: Mizan, 1998) hal 54
[106] Departeman Agama Op Cit., Hal. 747
[107] Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam, Kaidah-Kaidah Dasar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992) hal. 402-406.
[108] H. Khairiyah Husain Thaha, MA, Konsep Ibu Teladan, (Surabaya: Risalah Gusti, 1992) hal. 73
[109] Yunus Al-Muhdhor dan Ummi Maslamah Rayes, Kehidupan Orang-Orang Shaleh, (Semarang: CV Asy-Syifa, 1992)hal.125

1 komentar: